Friday, June 11, 2010
YAHUDI MELAWAN TERORISME ISRAEL (bag.1)
Artikel ini tidaklah menentang dan mengkritik Yudaisme atau Yahudi, melainkan ideologi rasis Zionis dan pemeluknya. Semua tragedi yang telah terjadi, dan terus terjadi di Palestina dapat dilacak dari penerapan ideologi Zionis oleh pemimpin-pemimpinnya. Adalah Zionisme yang menyebabkan tentara Israel menembakkan roket ke arah anak-anak yang tengah bermain di lapangan sekolah; memberondongkan peluru kepada wanita-wanita yang tengah memanen tanamannya di kebun-kebun; dan melakukan penganiayaan, kekerasan, dan penyerangan terhadap keseharian kehidupan Palestina.
Di seluruh dunia hari ini, ada beberapa cendekiawan, politisi, dan sejarawan yang menentang Zionisme. Beberapa pemikir dan penulis Nasrani dan Yahudi mengutuknya berikut kebijakan Zionis pemerintahan Israel, seperti halnya berbagai akademisi di universitas-universitas Israel seperti mendiang Israel Shahak atau Benjamin Beit-Hallahmi, yang mengkritik kekerasan Israel terhadap Palestina dan yang menyatakan bahwa perdamaian hanya bisa dicapai jika Israel menyingkirkan ideologi Zionisnya. Noam Chomsky, yang juga seorang Yahudi, telah menulis banyak buku dan artikel yang sangat kritis terhadap Zionisme dan kebijakan negara-negara yang mendukungnya.
Suatu kalangan akademisi Yahudi, kelompok yang menamakan dirinya “para sejarawan baru,” telah membongkar “kebohongan suci” yang ditanamkan ke dalam kebijakan resmi Israel, serta kebenaran yang berhubungan dengannya, semenjak awal 1980an. Para anggotanya, yakni Benny Morris, Ilan Pappe, Avi Shlaim, Tom Segev, Baruch Kimmerling, Simha Flappan, dan Joel Miqdal, menyerang reaksi kuat dari orang-orang Yahudi yang menganut paham Zionis. Mereka mempertanyakan “kebohongan suci” berikut ini: Ras orang-orang Arab lebih rendah dari Yahudi, Israel adalah sebuah negara kecil yang mencoba bertahan di suatu daerah yang dikelilingi oleh musuh-musuh, semua orang Palestina adalah teroris yang ingin menghancurkan Israel, dan teroris-teroris gila ini pantas menerima balas dendam. Tom Segev, misalnya, salah satu anggota paling penting dari “sejarawan baru” ini, mengemukakan hal berikut ini mengenai sejarah “resmi” Israel: “Hampir hingga sekarang, kita tidak mempunyai sejarah negara ini yang sebenarnya, selain mitos." Kritik yang jujur ini, yang dulu hanya pernah disuarakan oleh akademisi dan cendekiawan Muslim, sekarang dinyatakan lebih keras oleh banyak orang-orang Yahudi dan akademisi Kristen yang mencoba menilai kembali sejarah dengan sudut pandang yang tidak dipengaruhi oleh kepentingan.
Orang-orang ini, yang telah menyaksikan kebiadaban Zionis, melihatnya sebagai bentuk lain ideologi penjajahan yang didirikan dalam rasisme abad kesembilan belas. Mereka tidak punya bukti apa pun untuk mitos bahwa Israel adalah “suatu negara kecil dan sendirian menghadapi kepungan musuh-musuh yang ingin menghancurkannya.” Sebaliknya, Israel, melalui aksi-aksinya, terbukti menjadi suatu negara kekerasan yang menganut kebijakan penindasan dan penyerangan.
Gideon Levy, seorang penulis untuk surat kabar Israel Ha’aretz, membenarkan terbukanya rahasia “kebohongan suci’ ini dalam kajiannya terhadap buku Benny Morris Correcting a Mistake: Jews and Arabs in Palestine/Israel, 1936-1956. Setelah membaca perincian teror Zionis yang digambarkan dalam buku ini, dan ditelaah melalui bukti-bukti saksi mata dan catatan-catatan rahasia, Levy menulis:
Oh, betapa mulianya perbuatan kita (sehingga kita melakukan begitu banyak hal-hal buruk). Kita begitu hebat (sehingga menyebabkan begitu banyak ketidakadilan). Kita begitu cantik (sehingga tindakan-tindakan kita menyebabkan begitu banyak kebodohan). Dan oh, kita begitu tak berdosa dan menyebarluaskan begitu banyak kebohongan, kebohongan dan penyimpangan kebenaran yang kita katakan pada diri sendiri dan seluruh dunia. Kita, yang dilahirkan belakangan, tidak diberi tahu tentang seluruh kebenaran; mereka hanya mengajarkan kita bagian-bagian baiknya saja, yang dibesar-besarkan. Namun, pada akhirnya, muncullah bagian kelam yang tidak pernah kita dengar sebelumnya.
Israel Shahak, seorang profesor kimia Yahudi kelahiran Polandia, yang menghabiskan 40 tahunnya di Israel dan meninggal di tahun 2001, mengkritik kebijakan anti hak azazi manusia Zionis Israel. Dalam bukunya Jewish History, Jewish Religion, and the Weight of Three Thousand Years, Shahak menggambarkan besarnya ancaman Zionisme terhadap kemanusiaan:
Dalam pandangan saya, Israel sebagai sebuah negara Yahudi menciptakan bahaya tidak hanya bagi dirinya sendiri dan penduduknya, melainkan juga untuk semua orang Yahudi dan semua orang-orang lain dan negara-negara di Timur Tengah serta di luarnya.
Ilan Pappe, yang menyebut dirinya “Saya adalah orang Israel yang paling dibenci di Israel,” adalah seorang akademisi Yahudi terkenal yang berbagi pandangannya dengan kelompok sejarawan baru. Ketika ditanya dalam sebuah wawancara mengapa Israel tak mampu mengakui kekejaman yang ia lakukan di Palestina, jawaban yang diberikannya sangat mengejutkan:
Inilah buah dari sebuah proses panjang pengajaran paham yang dimulai dari taman kanak-kanak, yang melibatkan semua anak-anak lelaki dan perempuan Yahudi sepanjang kehidupan mereka. Anda tidak dapat menumbangkan sebuah sikap yang ditanamkan di sana dengan sebuah mesin indoktrinasi yang kuat, yang menciptakan sebuah persepsi rasis tentang orang lain, yang digambarkan sebagai primitif, hampir tidak pernah ada, penuh kebencian -- Orang itu memang penuh kebencian, tapi penjelasan yang diberikan di sini adalah ia terlahir primitif, Islam, anti-Semit, bukan bahwa ia adalah seseorang yang telah merampas tanahnya.
Akan tetapi, para pemikir, ahli strategi, dan penulis ini punya lebih banyak lagi kesamaan pandangan dibanding sekedar penentangan mereka terhadap Zionisme. Ciri kesamaan terpenting antara mereka adalah bahwa masing-masing mereka telah dituduh menganut anti-Semitisme. Setiap orang yang telah menggunakan fakta-fakta dan dokumen sejarah tentang kejadian yang terjadi di Palestina dan kemudian menulis sebuah artikel atau buku yang mengkritik Zionisme telah dituduh sebagai orang-orang anti-Semit. Contoh paling baru adalah saluran televisi Inggris BBC. Anggota-anggota krunya yang mempersiapkan sebuah dokumenter tentang pembantaian tahun 1982 di kamp pengungsian Sabra dan Shatilla, juga pemimpin stasiun yang menyiarkannya, dituduh sebagai anti-Semit oleh pemerintah Israel.
Ini sesungguhnya adalah sebuah teknik yang digunakan oleh para Zionis dan pro-Zionis untuk memfitnah dan menetralkan orang-orang yang mengkritik Zionisme. Para Zionis bahkan telah menciptakan sebuah istilah untuk memfitnah orang-orang Yahudi seperti itu: “orang Yahudi yang membenci dirinya sendiri.” Istilah ini juga digunakan untuk menggambarkan orang-orang Yahudi yang mengkritik Israel, yang bertujuan untuk mencitrakan mereka sebagai para pemberontak yang menderita karena dilema kejiwaan. Para Zionis yang membuat pernyataan semacam itu, tak disangkal lagi, berusaha mengacaukan hasil pekerjaan para penentangnya.
Kenyataannya, tuduhan berdasarkan ras seperti ini, khususnya ketika ditimpakan kepada orang Islam, adalah tidak berdasar dan tak masuk akal, karena tidak ada orang Islam, karena keimanannya, bisa menganut pemikiran atau sudut pandang rasis yang bagaimanapun juga. Dan memang, ini diciptakan oleh sejarah. Dunia Islam tidak pernah mengalami apa pun seperti praktek-praktek kecurigaan bangsa Eropa di abad pertengahan, yang menumbuhkan fanatisme agama, dan semakin berjangkitnya anti-Semitisme di tahun-tahun belakangan (yang dilahirkan oleh keyakinan rasis) di Uni Sovyet, Eropa Timur, dan Nazi Jerman. Bentrokan antara orang Yahudi dan Muslim di Timur Tengah, yang berlanjut hingga hari ini, akibat keterikatan beberapa orang Yahudi kepada ideologi Zionisme yang rasis dan anti agama, bukanlah tindakan orang-orang Islam.
berlanjut ke YAHUDI MELAWAN TERORISME ISRAEL (bag.2)
sumber: Tragedi Palestina // Harun Yahya
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment