FILOSOFI TERIMA KASIH | Makna di Balik “Terima Kasih” | "Terima Kasih" Sederhana tapi Bermakna

"Makna Terima Kasih" [img:Corbis]

“Terima Kasih” Sebuah kata sederhana namun sangat bermakna. Jika kita gali lebih dalam, maka kita akan berhenti pada suatu titik yang mencakup hal-hal yang jauh lebih besar dibandingkan kata sederhana “terima kasih” ini.

Berawal dari share / bagi-bagi ilmu dari seorang teman | senior saya malam ini yang kemudian beralih topik ke kata “terima kasih”. Beliau mengemukakan [kurang lebih] seperti ini;




Dalam hidup ini kita lebih banyak diberi | menerima segala sesuatu, padahal didunia ini ada hukum timbal balik, maka sudah sepantasnya dan hendaknya gantian memberi | mengasih. Dan hal ini sudah ada dalam bahasa kita, “Terima Kasih”.

“Terima Kasih”, Kita diberi, kita menerima, sudah seharusnya kita balik memberi / mengasih. Sederhana saja, kita mengucapkan kata “terima kasih” itu saja sudah termasuk memberi orang yang telah memberi kepada kita.

Selama kita hidup kita akan selalu berinteraksi dengan apa-apa yang di sekeliling kita. Kita tak hanya berinteraksi denga orang-orang yang kita kenal saja, tapi juga orang lain yang kita temui. Bahkan dengan benda-benda / makhluk lain di dunia ini.

Dalam interaksi yang demikian itu, bukankah sebenarnya, kita lebih banyak menerima? Dan bukankah kita seharusnya balik / gantian memberi? Bukankah setiap orang yang kita temui selalu memberi kepada kehidupan kita [mereka sedikit banyak berperan di kehidupan kita]? Lalu bagaimana kita akan membalas memberi kepada sedemikian banyak makhluk yang memberi kita?

Jawabnya sederhana, ada dalam kata “terima kasih”. Ya... paling sederhana adalah dengan harapan atau doa.

“Saya ucapkan terima kasih kepada semua orang dan makhluk di dunia ini, semoga TUHAN membalasnya dengan kesehatan, kebahagian, ketentraman, dan keberkahan. Terima Kasih”



[terima kasih pak Ali, inspirasinya.. ^_^]

_____

_____