..:: klik untuk One 4 Share versi mobile ::.. ..:: Di sini, Rp 10.000,- bekerja untuk Anda ::..
Showing posts with label AFR. Show all posts
Showing posts with label AFR. Show all posts

Monday, February 2, 2009

PAIN ( NYERI )

PAIN ( NYERI )
Rohmat Saputro Wibowo


Definisi / Pengertian Nyeri
IASP ( International Association for Study of Pain) mendefinisikan :
“Pain is unpleasant senssory and emotional experience usually associated with actual or potential tissue damage, or described in term of such damage”
Dalam bahasa Indonesia;
“Nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan”

Sedangkan menurut Albert Schweittzer seperi dkuti oleh Zuhri;
“Nyeri merupakan suatu penderitaan yang seringkali lebih mengerikan dari kematian itu sendiri.”

Nyeri sering dilukiskan sebagai suatu keadaan yang berbahaya atau tidak berbahaya seperti sentuhan ringan, kehangatan, tekanan ringan. Nyeri akan dirasakan apabila reseptor-reseptor nyeri spesifik teraktivasi. Nyeri dapat dijelaskan secara subjektif dan objektif berdasarkan lama atau durasi, kecepatan sensasi dan letak.






Sifat Nyeri
Antara lain sebagai berikut;
• Nyeri melelahkan dan membutuhkan banyak energi
• Nyeri bersifat subyektif dan individual
• Nyeri tak dapat dinilai secara objektif seperti sinar X atau lab darah
• Hanya klien yang mengetahui kapan nyeri timbul dan seperti apa rasanya
• Nyeri merupakan mekanisme pertahanan fisiologis
• Nyeri merupakan tanda peringatan adanya kerusakan jaringan
• Nyeri mengawali ketidakmampuan
• Persepsi yang salah tentang nyeri menyebabkan manajemen nyeri jadi tidak optimal

Secara ringkas, Mahon mengemukakan atribut nyeri sebagai berikut:
• Nyeri bersifat individu
• Nyeri tidak menyenangkan
• Merupakan suatu kekuatan yg mendominasi
• Bersifat tidak berkesudahan



Klasifikasi Nyeri
1. Menurut Tempat
a. Periferal Pain
1) Superfisial Pain (Nyeri Permukaan)
2) Deep Pain (Nyeri Dalam)
3) Reffered Pain (Nyeri Alihan) nyeri yang dirasakan pada area yang bukan merupakan sumber nyerinya.

b. Central Pain
Terjadi karena perangsangan pada susunan saraf pusat, spinal cord, batang otak dll

c. Psychogenic Pain
Nyeri dirasakan tanpa penyebab organik, tetapi akibat dari trauma psikologis.

d. Phantom Pain
Phantom Pain merupakan perasaan pada bagian tubuh yang sudah tak ada lagi, contohnya pada amputasi. Phantom pain timbul akibat dari stimulasi dendrit yang berat dibandingkan dengan stimulasi reseptor biasanya. Oleh karena itu, orang tersebut akan merasa nyeri pada area yang telah diangkat.

e. Radiating Pain
Nyeri yang dirasakan pada sumbernya yang meluas ke jaringan sekitar.


2. Menurut Sifat
a. Insidentil : timbul sewaktu-waktu dan kemudian menghilang

b. Steady : nyeri timbul menetap dan dirasakan dalam waktu yang lama

c. Paroxysmal : nyeri dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali dan biasanya menetap 10 – 15 menit, lalu menghilang dan kemudian timbul kembali.

d. Intractable Pain : nyeri yang resisten dengan diobati atau dikurangi. Contoh pada arthritis, pemberian analgetik narkotik merupakan kontraindikasi akibat dari lamanya penyakit yang dapat mengakibatkan kecanduan.


3. Menurut Berat Ringannya
a. Nyeri ringan : dalam intensitas rendah

b. Nyeri sedang : menimbulkan suatu reaksi fisiologis dan psikologis

c. Nyeri Berat : dalam intensitas tinggi


4. Berdasarkan lama / durasi :
• Akut : kurang dari 1 bulan
• Sub akut : 1-2 bulan
• Kronis : lebih dari 2-3 bulan









Proses tejadinya Nyeri / Mekanisme Nyeri
Ada empat tahapan terjadinya nyeri;

* Transduksi
Merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri (noxious stimuli) dirubah menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf. Stimuli ini dapat berupa stimuli fisik (tekanan), suhu (panas) atau kimia (substansi nyeri).
Terjadi perubahan patofisiologis karena mediator-mediator nyeri mempengaruhi juga nosiseptor diluar daerah trauma sehingga lingkaran nyeri meluas. Selanjutnya terjadi proses sensitisasi perifer yaitu menurunnya nilai ambang rangsang nosiseptor karena pengaruh mediator-mediator tersebut di atas dan penurunan pH jaringan. Akibatnya nyeri dapat timbul karena rangsang yang sebelumnya tidak menimbulkan nyeri misalnya rabaan.
Sensitisasi perifer ini mengakibatkan pula terjadinya sensitisasi sentral yaitu hipereksitabilitas neuron pada spinalis, terpengaruhnya neuron simpatis dan perubahan intraseluler yang menyebabkan nyeri dirasakan lebih lama.
Rangsangan nyeri diubah menjadi depolarisasi membrane reseptor yang kemudian menjadi impuls syaraf.

* Transmisi
Merupakan proses penyampaian impuls nyeri dari nosiseptor saraf perifer melewati kornu dorsalis, dari spinalis menuju korteks serebri. Transmisi sepanjang akson berlangsung karena proses polarisasi, sedangkan dari neuron presinaps ke pasca sinaps melewati neurotransmitter.

* Modulasi
Adalah proses pengendalian internal oleh sistem saraf, dapat meningkatkan atau mengurangi penerusan impuls nyeri.
Hambatan terjadi melalui sistem analgesia endogen yang melibatkan bermacam-macam neurotansmiter antara lain endorphin yang dikeluarkan oleh sel otak dan neuron di spinalis. Impuls ini bermula dari area periaquaductuagrey (PAG) dan menghambat transmisi impuls pre maupun pasca sinaps di tingkat spinalis. Modulasi nyeri dapat timbul di nosiseptor perifer medula spinalis atau supraspinalis.

* Persepsi
Persepsi adalah hasil rekonstruksi susunan saraf pusat tentang impuls nyeri yang diterima. Rekonstruksi merupakan hasil interaksi sistem saraf sensoris, informasi kognitif (korteks serebri) dan pengalaman emosional (hipokampus dan amigdala). Persepsi menentukan berat ringannya nyeri yang dirasakan.



Respon Terhadap Nyeri
Stimulus Simpatik (nyeri ringan, moderat, dan superficial)
• Dilatasi saluran bronkhial dan peningkatan respirasi rate
• Peningkatan heart rate
• Vasokonstriksi perifer, peningkatan BP
• Peningkatan nilai gula darah
• Diaphoresis
• Peningkatan kekuatan otot
• Dilatasi pupil
• Penurunan motilitas GI

Stimulus Parasimpatik (nyeri berat dan dalam)
• Muka pucat
• Otot mengeras
• Penurunan HR dan BP
• Nafas cepat dan irreguler
• Nausea dan vomitus
• Kelelahan dan keletihan



Faktor-faktor yang Mempengaruhi Respon Nyeri
* Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.

* Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri)

* Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri. (ex: suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri)

* Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan dan bagaimana mengatasinya.

* Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi, guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.

* Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang cemas.

* Pengalaman masa lalu
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.

* Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.


* Support keluarga dan social
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan dan perlindungan.





Mekanisme Pengurangan Nyeri
Ada berbagai pendapat tentang mekanisme pengurangan nyeri, antara lain;
• mekanisme gerbang kontrol (Gate Control Teory) / mekanisme segmental (Melzack dan Wall, 1980)
• mekanisme antidromik / mekanisme perifer, secara langsung maupuntak langsung (Johnson, 2000)
• mekanisme ekstrasegmental / mekanisme opiat endogen dan neurotransmiter (Chung dkk, 1984)
• mekanisme Plasebo (Renie, 1990)
• mekanisme neurovegetatif, menekankan pada aktivasi simpatis / sistem otonom
• mekanisme penyembuhan jaringan cedera


Manajemen Pengurangan Nyeri

Farmakologi :
* Analgesics
Obat golongan analgesik akan merubah persepsi dan interpretasi nyeri dengan jalan mendepresi sistem saraf pusat pada Thalamus dan Korteks Cerebri. Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum klien merasakan nyeri yang berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri. Untuk alasan ini maka analgesik dianjurkan untuk diberikan secara teratur dengan interval, seperti setiap 4 jam setelah pembedahan.

Terdapat dua klasifikasi mayor dari analgesik, yaitu :
a. Narcotic (Strong analgesics)
Termasuk didalamnya adalah : derivat opiate seperti morphine dan codein.
Narkotik menghilangkan nyeri dengan merubah aspek emosional dari pengalaman nyeri (misal : persepsi nyeri). Perubahan mood dan perilaku dan perasaan sehat membuat seseorang merasa lebih nyaman meskipun nyerinya masih timbul.

b. Nonnarcotics (Mild analgesics)
Mencakup derivat dari : Asam Salisilat (aspirin); Para-aminophenols (phenacetin); Pyrazolon (Phenylbutazone).

c. analgesik kombinasi
seperti kombinasi dari analgesik kuat (strong analgesics) dengan analgesik ringan (mild analgesics), contohnya : Tylenol #3, merupakan kombinasi dari acetaminophen sebagai obat analgesik nonnarkotik dengan codein, 30mg.

* Plasebo
Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat analgesik (seperti : gula, larutan garam/normal saline, atau air) tetapi hal ini dapat menurunkan nyeri. Hal itu karena faktor persepsi kepercayan klien.

Non farmakologi :
* Sentuhan terapeutik
Teori ini mengatakan bahwa individu yang sehat mempunyai keseimbangan energi antara tubuh dengan lingku;ngan luar. Orang sakit berarti ada ketidakseimbangan energi, dengan memberikan sentuhan pada klien, diharapkan ada transfer energi ke klien.

* Akupresur
Pemberian penekanan pada pusat-pusat nyeri

* Guided imagery
Meminta klien berimajinasi membayangkan hal-hal yang menyenangkan, tindakan ini memerlukan suasana dan ruangan yang tenang serta konsentrasi dari klien. Apabila klien mengalami kegelisahan, tindakan harus dihentikan. Tindakan ini dilakukan pada saat klien merasa nyaman dan tidak sedang nyeri akut.

* Distraksi
Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai sedang. Distraksi visual (melihat TV atau pertandingan bola), distraksi audio (mendengar musik), distraksi sentuhan (massase, memegang mainan), distraksi intelektual (merangkai puzzle, main catur)

* Anticipatory guidence
Memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan dengan nyeri.

* Hipnotis
Membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.

* Biofeedback
Terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan individu informasi tentang respon nyeri fisiologis dan cara untuk melatih kontrol volunter terhadap respon tersebut. Terapi ini efektif untuk mengatasi ketegangan otot dan migren, dengan cara memasang elektroda pada pelipis.

* Stimulasi cutaneus
Cara kerja dari sistem ini masih belum jelas, salah satu pemikiran adalah cara ini bisa melepaskan endorfin, sehingga bisa memblok stimulasi nyeri. Bisa dilakukan dengan massase, mandi air hangat, kompres dingin dan stimulasi saraf elektrik misalkan dengan TENS (transcutaneus electrical nerve stimulation). TENS merupakan stimulasi pada kulit dengan menggunakan arus listrik ringan yang dihantarkan melalui elektroda luar.


Refensi:
Admin. Fentanyl. http://medlinux.blogspot.com/2007/09/fentanyl.html
L Gunawan, Puji. Apakah Nyeri Itu....? http://www.dentafm.com/Artikel/Artikel%20apakah%20nyeri.htm

Purwandari, Retno. Nyeri. http://elearning.unej.ac.id/courses/IKU13236c49/document/NYERI_handout.doc?cidReq=IKU13239dc2
Somantri. Irman. Konsep Nyeri. http://irmanthea.blogspot.com/2007/10/konsep-nyeri.html
Zuhri, Saifudin. Hand Out: Stimulasi Listrik dengan Arus Diadinamik. 2008


SAUNA DAN KEBUGARAN

SAUNA DAN KEBUGARAN





Sauna merupakan suatu metode pengobatan dengan menggunakan media uap air yang telah dicampurkan dengan ramuan obat-obatan. Efek yang diahsilkan oleh sauna itu sendiri berupa efek thermal dan kimia

Efek thermal :
 Kulit menjadi lemas dan luntur
 Sirkulasi local meningkat
 Efek terhadap sirkulasi darah sistemik dan tekanan darah sistemik mengakibatkan beban kerja jantung dan tekanan darah menurun
 Pernapasan menjadi mudah dan dalam
 Otot menjadi relaks dan lentur
 Efek sedative
 Metabolisme meningkat


Efek kimia :
 Efek kimia tergantung pad kandungan mineral yang terkandung dalam air tersebut dan zat yang diserap atau efek local pada kulit.
 Efek kimia seperti ion-ion chlor,magnesium, hydrogen karbonat, dan sulfat akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah sehingga meningkatkan sirkulasi darah
 Efek tersebut mirip dengan gelembung CO2 bebas yang terkumpul pada permukaan kulit
 Beberapa element kecil seperi flour, yodium, dan besi diserap oleh kulit selamaberendam mampu mempengaruhi keasaman (pH) kulit.

Sauna selain mempunyai efek menguntungkan juga mempunyai efek yang merugikan. Jika terlalu lama akan mengakibtkan menurunnya tahanan perifer dan tekanan darah akibat vasodilatasi arteriol, dapat menyebabkan kesemutan, kelelahan dan kehilangan tonus pembulu darah.

Peranan sauna terhadap kebugaran sangat terasa. Efek panas uap akan memberikan efek rileks pada kulit, rileks pada otot ( kelelahan hilang, iritabilitasi menurun ) sirkulasi darah meningkat, metabolisme jaringan meningkat, dan memberikan efek sedative.

Kebugaran merupakan kemapuan tubuh untuk melakukan kegiatan sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.






Aspek-aspek yang terkait dengan kebugaran :
 ketahanan kardiorespirasi
 ketahanan otot
 balance, agility
 kekuatan kelenturan
 keterampilan motorik

Kebugaran dapat dicapai salah satunya adalah dengan relaksasi. Relaksasi merupakan bagian penting dari program conditioning karena mampu menurunkan denyut nadi dan tekanan darah serta menurunkan ketegangan otot baik itu akibat stress fisik maupun stess psikis. Dengan sauna seseorang akan mencapai suatu relaksasi yang baik sehingga tubuh orang tersebut akan kembali bugar dan siap menjalankan kegiatan sehari-hari


sumber : http://pojok-fisioterapi.blogspot.com/


Thursday, December 4, 2008

WEIGHT METER / BODY MASS INDEX

Body Massa Indeks (BMI)

Body Mass Index (BMI) atau dalam bahasa Indonesia disebut Index Masa Tubuh (IMT) adalah sebuah ukuran “berat terhadap tinggi” badan yang umum digunakan untuk menggolongkan orang dewasa ke dalam kategori Underweight (kekurangan berat badan), Overweight (kelebihan berat badan) dan Obesitas (kegemukan). Rumus atau cara menghitung BMI sangat mudah, yaitu dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan kuadrat dari tinggi badan dalam meter (kg/m�).
Rumus BMI
Lalu hasil dari BMI tersebut dapat dicocokkan pada Tabel Klasifikasi Internasional dari Underweight, Overweight dan Obesitas pada Orang Dewasa yang disepakati oleh organisasi kesehatan dunia, WHO sebagai berikut :
Klasifikasi BMI menurut WHO
Contoh: Berat badan saya adalah 77 kg dan tinggi saya adalah 176 cm. Maka BMI saya adalah 77/(1,76)� = 24.86 kg/m�. Bila dicocokkan dalam tabel di atas maka saya masih masuk dalam kategori normal.
Nilai BMI dipengaruhi oleh usia namun sama pada kedua jenis kelamin. Nilai BMI dapat tidak sesuai pada derajat kegemukan dari populasi yang berbeda, dalam hubungannya dengan perbedaan proporsi tubuh. Sebagai contoh, ada orang Amerika dan orang Asia yang memiliki nilai BMI yang sama. Namun dilihat dari kenyataan, orang Asia tersebut memiliki proporsi massa lemak yang lebih banyak dari pada massa otot dibandingkan dengan orang Amerika. Analogi lain, mana yang lebih berat ‘lemak 40kg + otot 10kg’ atau ‘lemak 20kg + otot 30kg’ ? Sama saja kan?

Lalu apa gunanya mengetahui nilai BMI?

Dengan mengetahui nilai BMI maka kita dapat mengetahui apakah kita masuk dalam kategori kurang berat badan, normal, atau kelebihan berat badan dan obesitas (kegemukan). Resiko penyakit yang berhubungan dengan derajat kegemukan seperti penyakit jantung, kencing manis bahkan stroke dapat dilihat dari nilai BMI. Sederhananya, BMI adalah alarm peringatan bagi kesehatan anda!
Memang, lebih mudah mendiagnosis obesitas ketimbang memperbaikinya. Namun mengingat mempertahankan berat badan yang sehat mampu mengurangi resiko penyakit jantung 35-55% maka ini adalah target yang penting.
Nah, untuk mempermudah menghitung nilai BMI anda, saya menyediakan kalkulator BMI di bawah artikel  ini. Cukup dengan memasukkan berat dan tinggi badan, maka anda dapat mengetahui berapa nilai BMI beserta di kategori mana anda berada. Sebagai tambahan, disertakan juga berat badan ideal atau yang direkomendasikan agar anda dapat mencapai nilai BMI yang normal.
Selamat mencoba! Be Healthy, Be Happy! :wink:













sumber / dikutip dari :http://www.andaka.com/normalkah-body-mass-index-bmi-anda.php

Tuesday, April 29, 2008

MEMORY

MEMORY
By : Rohmat Saputro Wibowo


Memory merupakan suatu proses yang tidak sederhana. Dimulai dari menerima informasi, menyimpannya dan memunculkannya kembali dilain kesempatan. Secara anatomis, memory didefinisikan sebagai gambaran hubungan anatara sel-sel otak. Tiap sel otak mempunyai hubungan dengan 4.000-10.000 sel otak lainnya dan berhubungan melalui impuls listrik dan zat kimia yang disebut zat penghantar rangsang atau neurotransmitter (NT).


Pembagian Memory

Secara sederhana memory terbagi atas dua macam tipe dasar memory, yaitu memory jangka pendek ( present memory / working memory ) dan memory jangka panjang (long term memory). Peresent Memory diperlukan untuk keperluan ingatan jangka pendek atau yang diperlukan sekarang. Long Term Memory unutk mengingat masa lampau atau kejadian / pengalaman yang terjadi di masa lalu.
Richard Atkinson dan Richard Shiffrin (1968) mengklasifikasikan ingatan (memory) ke dalam tiga bagian yang berbeda yaitu: sensory register, working memory dan long-term memory.
Sensory Register : ingatan yang menyimpan informasi yang datang sekilas. Memory ini kurang dapat membantu kita untuk mengingat / menyimpan informasi. Dalam eksperimen yang dilakukan oleh George Sperling (1960) yakni eksperimen dengan memperlihatkan rangkaian kata secara sekilas pada responden, kemudian responden diminta untuk mengulang kembali kata yang diberikan. Eksperimen ini menunjukkan
Working Memory : ingatan yang menyimpan informasi secara sementara dan dengan kapasitas yang terbatas. Sederhananya, working memory dapat dianalogikan sebagai RAM (Random Access Memory) pada komputer yang menyimpan informasi sementara sebelum disimpan secara permanen di hard disk. George Miller (1956) berpendapat bahwa jika individu hanya mengandalkan working memory untuk mengingat, maka kemampuan individu tersebut akan sangat terbatas. Ia menemukan bahwa individu hanya mampu mengingat rangkaian angka sebanyak 7 ± 2. Peterson & Peterson (1959) menambahkan bahwa durasi penyimpanan informasi di working memory rata-rata hanya 20 detik, jika tidak disertakan dengan pengulangan.
Long Term Memory : ingatan yang menyimpan informasi secara permanen dalam jangka waktu yang lama. Memori jangka panjang dicatat oleh otak dan berada di daerah yang disebut kortek serebri. Kortek yang mempunyai sel otak lebih dari l0 miliar sel berhubungan dengan sel-sel lain di daerah otak. Tiap sel otak mempunyai hubungan dengan 4.000-10.000 sel otak lainnya dan berhubungan melalui impuls listrik dan zat kimia yang disebut zat penghantar rangsang atau neurotransmitter (NT).





Proses Memory

Semua informasi baik berupa rangsangan / stimulasi dari dalam maupun luar tubuh serta ide-ide disaring secara automatis oleh hippokampus, struktur yang terdapat lebih dalam dari permukaan otak. Bila informasi diterima oleh sel kortek, maka dia diteruskan ke hippokampus yang merupakan stasiun relai.
Bukti adanya peran hippokampus dalam menentukan memori adalah kasus seorang penderita pegawai pabrik di AS berumur 27 tahun. Waktu itu dengan epilepsi yang intractable pada tahun l953, dilakukan operasi hippokampus untuk menghilangkan epilepsinya. Yang terjadi kemudian adalah serangan epilepsinya dapat diatasi, tetapi dia tak dapat membuat kata-kata baru, dia tidak tahu apakah dia sudah sarapan. Empat puluh lima tahun kemudian dia tidak tahu lagi umurnya, tidak tahu tanggal dan di mana tinggalnya.
Proses mengingat ternyata tidak hanya dipengaruhi oleh hippokampus saja, akan tetapi faktor emosi juga memberi pengaruh yang cukup besar. Salah satu contohnya adalah hal yang disenangi atau dicintai lebih cepat masuk dalam memori jika dibandingkan dengan yang tidak menarik perhatian. Hal lain mengenai hippokampus adalah informasi yang masuk ke otak berhubungan atau berkaitan dengan apa yang sudah kita ketahui.
Secara garis besar proses memory terdiri dari :

• Encoding
Encoding merupakan awal dari proses penyimpanan informasi di otak (memory). Encoding juga didefinisikan sebagai kemampuan untuk menerjemahkan berbagai informasi yang diterima agar dapat dipahami dan disimpan dalam memory.

• Retrieval
Retrival adalah kemampuan untuk menyusunkembali dan mengeluarkan berbagai informasi yang telah tersimpan memory. Proses retival terbagi atas :
~ recall : kemampuan menggambarkan suatu informasi dengan kata-kata sendiri secara bebas.
~ recognition : kemampuan untuk menetapkan satu pilihan di antara pilihan-pilihan yang ada.
~ relearning : berarti ‘belajar kembali’. Yaitu hal-hal yang sebetulnya pernah bisa dikerjakan, dipelajari lagi untuk tujuan-tujuan tertentu.




Fenomena Lupa

Fenomena lupa/alpa dapat dialami oleh semua orang tanpa terkecuali baik yang memiliki intelegensia (IQ) yang baik ataupun yang buruk. Terdapat beberapa faktor yang berkaitan dengan kealpaan. Faktor-faktor tersebut antara lain:

i. Kegagalan pada proses pengkodean (encoding failure)
Informasi yang masuk ke dalam ingatan terlebih dahulu melalui proses pengkodean. Kegagalan pada proses ini akan mempengaruhi kelancaran masuknya informasi ke ingatan individu. Nickerson dan Adams (1979) menyatakan bahwa walaupun individu sering terpapar oleh suatu informasi, jika informasi tersebut tidak dikodekan, maka besar kemungkinan informasi tersebut akan terlupakan.

ii. Pengaruh informasi lain pada informasi yang kita ingin diingat.
Menurut Postman & Underwood (1973), individu tidak dapat membatasi diri dari paparan informasi. Informasi yang datang silih berganti dapat menimbulkan efek samping berupa kegagalan dalam suatu informasi akibat pengaruh informasi lain.

Dalam penelitian melalui hasil autopsi dari bermacam otak dengan gangguan memori didapatkan bahwa jika umur sudah 60-70-an maka akan terjadi penurunan massa otak 5% - l0 %. Pada tes didapatkan daerah kortek frontalis dan hippokampus tidak begitu aktif. Itulah sebabnya lansia sering bertanya nama orang lebih dari satu kali. Yang paling parah terganggunya memori adalah pada penyakit alzheimer yang terdapat lebih banyak pada orang Barat, termasuk mantan presiden USA Ronald Reagan.
Pada penelitian didapatkan kerusakan pada sel-sel otak yang memproduksi NT asetilkolin, yang penting dalam proses belajar dan memori. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi / dapat menurunkan kemampuan memory :
• Kurang tidur.

• Tekanan darah tinggi

• Kebanyakan minum alkohol

• Stres yang kronis yang pada akhirnya memengaruhi zat kimia neurotransmitter otak. Stres akan menyebabkan keluarnya zat hormon adrenalin dan hormon glukokortikoid yang mengganggu sirkulasi otak, di mana terjadi gangguan transport glukosa ke dalam hippokampus.

• Kerusakan dalam hubungan sel saraf otak, di mana sel-sel hippokampus seperti terbenam. Jika terjadi bertahun-tahun, akan terjadi kematian dari sel-sel hipokampus.





Dimensia

Definisi kepikunan adalah gangguan intelektual dan kemampuan kognitif yang progresif dan cukup mengganggu penampilan sosial dan pekerjaan. Ada kondisi normal yang disebut mudah lupa ( forgetfulness ) yang banyak ditemukan pada warga usia lanjut yang timbul secara fisiologis. Kondisi yang terletak antara mudah lupa ( forgetfulness ) yang fisiologis dan dimensia Alzheimer yang patologis. Disebut Gangguan kognitif ringan atau Mild Cognitive Impairment ( MCI ).
Dua jenis demensia yang paling umum adalah Demensia multi infark yang disebabkan karena stroke berulang dan Demensia Alzheimer atau kombinasi keduanya. Penyebab dari kepikunan yang lain adalah disebabkan karena faktor organik seperti kekurangan vitamin, infeksi, keracunan obat, cedera atau trauma kepala, atau depresi.
Mudah lupa ( forgetfulness ). Dengan bertambahnya usia, kemampuan memori mulai menurun secara wajar. Ciri-ciri mudah lupa (forgetfulness ) antara lain :
• mudah lupa nama benda, nama orang dan sebagainya,
• gangguan dalam mengingat kembali (recall),
• gangguan dalam mengambil kembali informasi yang telah tersimpan dalam memori ( retrieval ),
• tidak ada gangguan dalam mengenal kembali sesuatu, apabila diberi isyarat,
• lebih sering menjabarkan bentuk atau fungsi daripada menyebutkan namanya.

Gangguan kognitif ringan atau Mild Cognitive Impairment ( MCI ). Pada umumnya diagnosa gangguan kognitif ringan dibuat apabila pada seseorang ditemukan kriteria berikut :
• Ada gangguan memori
• Gangguan memori abnormal untuk usia dan pendidikan
• Aktivitas sehari-hari normal
• Fungsi kognisi umum normal
• Tidak ada demensia ( kepikunan )

Usia lanjut diatas 65 tahun beresiko tinggi untuk mengalami kepikunan. Gejala demensia yang umum, ialah berupa gangguan daya ingat ( memori ), gangguan prilaku dan berkurangnya kemampuan berfungsi sehari-hari. Bila gejala ini tidak ditanggulangi secara dini, maka gejala – gejalanya akan cepat memburuk.
Orang dikatakan demensia atau kepikunan bila menunjukan tiga atau lebih dari gejala-gejala berupa gangguan dalam : perhatian ( atensi ), daya ingat ( memori ), orientasi tempat dan waktu, kemampuan konstruksi dan eksekusi ( seperti mengambil keputusan, memecahkan masalah ). Gejala-gejala tersebut dapat disertai gejala gangguan emosi, cemas, depresi dan agresivitas.




Mengingat Lebih Baik

Berapapun usia kita, adalah mungkin untuk meningkatkan kemampuan otak kita. Demikian pula dalam hal memory. Kemampuan memory belum terlambat untuk ditingkatkan meskipun umur kita di atas usia produktif tentunya dengan syarat kita mengetahui caranya.
Menurut Gary Small, MD, guru besar ilmu psikiatri University of California Los Angeles, melakukan memory exercise, mengurangi stres ditambah diet sehat dan olahraga secara rutin dapat meningkatkan kemampuan memori seseorang. Kesimpulan tersebut adalah berdasarkan risetnya terhadap 14 orang responden dengan empat cara sebagai berikut :

• Pertama, latihan otak: mereka melakukan olahraga otak dengan permainan puzzle selama sehari untuk merangsang otak.

• Kedua, diet sehat: mereka makan lima kali sehari, dengan diet seimbang, tinggi lemak Omega-3. Kemudian mengonsumsi lima makanan kecil sehari untuk mengatur kadar glukosa dalam darah, yang merupakan sumber energi utama bagi otak.

• Ketiga, olahraga fisik: berjalan cepat dan melakukan peregangan setiap hari untuk meningkatkan kesehatan fisik.

• Keempat, penurunan stres: melakukan peregangan dan relaksasi untuk mengatur stres. Sebab stres menyebabkan tubuh melepaskan kortisol. Zat ini dapat merusak pusat memori di otak.


Masing-masing peserta dites fungsi otaknya sebelum dan setelah 14 hari penelitian, menggunakan positron emission tomography (PET) scan. Hasilnya, ada peningkatan memori. Hal ini terlihat dengan adanya penurunan 5% metabolisme otak pada regio dorsal lateral prefrontal di otak. Artinya, kerja memori dan fungsi kognitif otak mereka lebih efisien.
Selain itu juga terdapat beberapa metode untuk mengingkatkan kemampuan memory agar dapat mengingat lebih baik. Berikut metode yang dimaksud:

 Penyimpanan informasi pada semantic memory.
Craik & Lockhart (1972) menemukan bahwa semakin dalam kita memproses informasi, maka kita akan ingat lebih lama. Hal ini diperkuat oleh Craik & Tulving (1975) yang menyatakan bahwa informasi yang dikodekan secara semantik akan lebih mudah untuk diingat.

 Organisasikan penyimpanan informasi
K. Anders Ericsson & Peter Polson (1988) menemukan bahwa jika seorang individu mampu mengorganisasikan informasi yang tersimpan di memori, pengingatan individu tersebut akan menjadi lebih baik. Untuk melakukan hal ini, Bower et al, (1969) menyarankan agar individu memanfaatkan salah satu prinsip memori, yaitu pengasosian infomasi.

 Gunakan teknik memory.
K. Anders Ericsson & William Chase (1982) menyatakan kemampuan mengingat yang luar biasa dapat dipelajari. Richard Thompson (1993) melakukan penelitian terhadap Rajan Mahadevan. Ia menemukan bahwa Rajan menggunakan teknik memori untuk mencapai kemampuan mengingat angka Phi sebanyak 31.811 angka setelah koma. Wang dan Thosmas, (2000) turut memperkuat fakta ini dengan mengemukakan bahwa metode loci (salah satu teknik mengingat) sangat efektif. Reisberg (1997) mengemukakan bahwa teknik memory sangat mungkin untuk diaplikasikan karena menggunakan prinsip asosiasi infomasi, sehingga mempermudah individu untuk mengingat infomasi yang dimaksud.




REFERENCE:
Bakri, Kholis Bahtiar. Cara Praktis Tingkatkan Memory. Diakses pada 4 Desember 2007 di http://www.gatra.com
Latif, Venusri. Cara Memori Bekerja. Diakses pada 4 Desember 2007 di http://www.pikiran-rakyat.com
Parjoto, Slamet, dkk. 2002. Aktifitas Fungsional dan Rekreasi ( AFR ). Surakarta : Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Fisioterapi
Sekilas Prima Memory. Diakses pada 4 Desember 2007 di http://primastudy.com
Yani, Subaidah Metta. Dimensia ( Kepikunan ). Diakses pada 4 Desember 2007 di http://www.mitrakeluarga.com
..::klik untuk One 4 Share versi mobile ::.. _ __