Minggu malam lalu, Lady Cempluk mudik dari Jakarta menuju kampung halamannya di Desa Pelem, Simo, Boyolali. Cempluk naik Argo Lawu dan turun di Stasiun Balapan sekitar pukul 8 malam.
Sebenarnya ia sudah ngebel Tom Gembus, adiknya, untuk menjemput. Namun entah kenapa sampai sejam lebih, Gembus tak kunjung nongol juga. Akhirnya Cempluk mengambil keputusan untuk naik taksi.
“Pak, antar saya ke Desa Pelem. Borongan saja, berapa?” tanya Cempluk kepada sopir taksi bernama Jon Koplo.
*
“Delapan puluh ribu, Mbak,” kata Koplo. Cempluk langsung ho’oh-ho’oh saja. Taksi pun melaju dengan kecepatan penuh. Karena saking capek dan ngantuk-nya, begitu nyelehke bokong, Cempluk langsung bablas tertidur dengan angler-nya.
Cempluk baru tersadar ketika tiba-tiba saja merasa mobil yang ditumpanginya bergoyang-goyang, sementara sopirnya menghilang. Lebih takut lagi ketika Cempluk menyadari ternyata mobil itu berhenti di tengah mbulak yang sepi nyenyet, jauh dari perkampungan. Karuan saja ia girap-girap ketakutan. “Hiii... hiii... Tolooong...! Taksi hantuuu...! Tolooong...!” teriaknya nangis kejer sambil lari keluar dari taksi.
“Heh! heh...! Diam, jangan berisik!” tegur Koplo yang sedang ndhekem di samping mobil sambil ndhongkrak mobilnya.
“Haaah, Pak Sopir, saya kira sampeyan... Lha kok mobilnya berhenti di sini, memangnya kenapa?” tanya Cempluk yang masih pucet.
“Bannya bocor, Mbak. Ini sedang tak ganti ban serep. Tenang saja, nggak usah takut,” ujar Koplo.
“Ooo, ya sudah kalau begitu. Maaf ya Pak Sopir. Saya kira tadi mobil hantu,” ujar Cempluk tersipu malu.
copas dari: edisicetak.solopos.com - Kiriman Soleh Hadi S
*Butik Online ( tinyurl.com/TokoCewek )TIPS n TRIK Bisnis Online ( tinyurl.com/cuma50saja )-
No comments:
Post a Comment