..:: klik untuk One 4 Share versi mobile ::.. ..:: Di sini, Rp 10.000,- bekerja untuk Anda ::..
Showing posts with label cerita. Show all posts
Showing posts with label cerita. Show all posts

Tuesday, May 31, 2011

Di dunia ini, Apakah yang Paling Besar?

Seorang Guru TK bertanya kepada murid-muridnya, "Anak-anak, siapa tahu apa yang paling besar di dunia ini?"

Wednesday, May 18, 2011

DONGENG MELON MATAHARI

Dahulu kala ada sebuah gunung yang sangat indah yang disebut gunung matahari, diatas gunung tersebut tinggal seorang kakek tua, orang memanggil kakek ini kakek matahari, sepanjang tahun kerjanya hanya menanam melon matahari, kakek ini sangat jujur, orangnya ramah dan baik hati, selalu membantu orang lain. Siapa saja yang datang meminta bantuan dia akan membantu orang tersebut.

Wednesday, April 6, 2011

Ditraktir ”pengemis”


Sabtu sore sepulang kerja, Jon Koplo mampir ngopi di warung angkringan milik Lady Cempluk di Jl Ahmad Yani, Semarang. Saat itu pengunjungnya cuma beberapa orang saja.
Lagi asyik-asyiknya menikmati nasi kucing, tiba-tiba datanglah Tom Gembus, seorang buruh bangunan yang juga baru pulang kerja.



Melihat penampilan Tom Gembus yang lusuh, cuma mengenakan celana butut dan ngliga karena kaosnya cuma disampirke di pundak, timbullah rasa kasihan pada diri Jon Koplo.

Tanpa pikir panjang, Koplo mengambil sebungkus nasi kucing dan sebuah tempe mendoan, lalu diberikan pada Tom Gembus. Tapi diluar dugaan, Gembus malah mencak-mencak.

”Asem tenan! Mbok kira aku wong ngemis ya? Aku iki lagi balik kerja!” ujar Gembus dengan nada tinggi.

Koplo langsung mbleret, takut sekaligus kisinan. Apalagi saat itu dilihat pengunjung lain yang semuanya ngguyu cekikikan. Koplo semakin abang ireng setelah Tom Gembus mengeluarkan handphone dan dompet berisi uang Rp 200.000. Kebetulan hari itu ia baru saja menerima bayaran.

”Wis Mas, sampeyan mangan sak warege, aku sing nraktir,” tantang balik Gembus yang membuat Koplo semakin mati kutu.



dari: solopos.com -- Kiriman Ariyani,

**

Kantong Uang Ajaib


Jaman dahulu kala, ada sepasang suami istri yang tinggal di gubuk kecil. Mereka sangat miskin sehingga setiap hari mereka harus memotong dua ikat kayu bakar dan memanggulnya di punggung mereka untuk dijual di pasar.

Suatu hari pasutri tersebut turun dari gunung dengan membawa kayu bakar.



Mereka meletakkan satu ikat di halaman dan merencanakan untuk menjualnya di pasar agar uangnya dapat dibelikan beras. Sedangkan ikatan lainnya, mereka letakkan di dapur untuk digunakan sendiri.

Ketika mereka bangun keesokan harinya, ikatan yang mereka letakkan di halaman secara misterius hilang. Tidak ada yang dapat mereka lakukan, kecuali menjual ikatan yang seharusnya akan digunakan sendiri oleh mereka.

Pada hari itu juga, mereka memotong dua ikat kayu bakar seperti biasanya. Mereka meletakkan satu ikat di halaman untuk dijual dan satu ikat lagi untuk digunakan sendiri. Tetapi keesokan harinya, ikatan kayu bakar itu kembali hilang. Kejadian seperti ini terulang terus menerus, dan suaminya mulai berpikir ada yang aneh dibalik peristiwa ini.

Pada hari kelima, dia membuat lubang di dalam ikatan kayu bakar yang diletakkan di halaman tersebut dan menyembunyikan diri di dalamnya.

Dari luar, ikatan kayu bakar tersebut terlihat seperti biasanya.

Tengah malam, sebuah tali yang sangat besar turun dari langit, menempel pada ikatan kayu bakar tersebut dan kemudian terangkat ke atas langit, dengan sang suami yang masih berada dalam ikatan kayu bakar tersebut.

Setibanya di surga, dia melihat seorang tua berambut putih, yang kelihatannya sangat baik, mendekati ikatan tersebut.

Orang tua tersebut melepaskan ikatan kayu bakar tersebut dan menemukan pria tersebut di dalamnya, dan bertanya, ”Orang lain hanya memotong satu ikat kayu bakar setiap harinya. Mengapa kamu memotong dua ikat?”

Sang suami memberi hormat dan berkata,”Kami tidak punya uang. Itulah alasannya mengapa isteri saya dan saya memotong dua ikat kayu bakar setiap harinya. Satu ikat untuk digunakan sendiri dan satu ikat lagi kami bawa ke pasar untuk dijual. Sehingga kami dapat membeli beras untuk memasak bubur.”

Orang tua tersebut tersenyum dan berkata kepada pemotong kayu tersebut dengan nada yang sangat ramah,” Saya telah tahu sejak lama bahwa kalian adalah pasangan yang baik hati dan selalu hidup hemat dan bekerja keras. Saya akan memberikan kepada kalian sebuah barang berharga. Bawalah barang ini dan dia akan memberikan apa pun yang kalian perlukan dalam hidup ini.”

Setelah orang tua tersebut selesai berbicara, datanglah tujuh peri, membawa pemotong kayu tersebut ke tempat yang sangat indah. Atap emas dan genteng yang berkilau, menyilaukan mata pada saat dia masuk kedalamnya, sehingga dia tak dapat membuka matanya.

Di dalam istana tersebut terdapat banyak barang terpajang yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Kantong uang dalam berbagai bentuk dan ukuran digantung di satu ruangan. Peri tersebut bertanya kepadanya,”Mana yang anda sukai? Pilihlah apapun yang anda sukai dan bawalah pulang ke rumah.”

Pemotong kayu tersebut sangat senang. ”Saya ingin kantong uang tersebut, kantong yang penuh dengan barang berharga. Berikan pada saya kantong yang bulat dan penuh tersebut.”

Dia memilih yang terbesar dan membawanya.

Seketika, orang tua berambut putih tersebut masuk dan dengan ekspersi aneh di wajahnya berkata kepada pemotong kayu tersebut, ”Kamu tidak boleh mengambil yang satu itu. Saya akan memberikan kantong yang kosong kepada kamu. Setiap hari anda dapat mengambil satu tael perak dan tidak boleh lebih.”

Pemotong kayu tersebut dengan enggan menyetujui. Dia mengambil kantong uang yang kosong tersebut, dengan bergantung pada tali tersebut, dia kemudian turun ke bumi.




Setibanya di rumah, dia memberikan kantong uang tersebut kepada isterinya dan menceritakan keseluruhan kejadian tersebut.

Isterinya sangat germbira. Setiap hari, mereka pergi untuk memotong kayu seperti biasanya. Tetapi ketika mereka kembali ke rumah, mereka akan mengunci pintu dan membuka kantong uang tersebut, yang secara cepat sebongkah perak akan bergemerincing keluar.

Sebongkah perak tersebut benar-benar pas satu tael. Setiap hari satu tael perak dan tidak lebih, akan keluar dari kantong tersebut. Isterinya kemudian menyimpannya setiap hari, satu tael demi satu tael.

Waktu berlalu. Suatu hari suaminya berkata,”Mari kita beli lembu.”

Isterinya tidak setuju. Beberapa hari kemudian, suaminya berkata kembali, ”Bagaimana jika kita beli lahan beberapa hektar?”

Isterinya juga tidak setuju. Beberapa hari berlalu, dan isterinya kemudian mengajukan usul, “Mari kita beli pondok jerami yang kecil.”

Suaminya sudah sangat ingin memakai uang yang telah mereka tabung dan berkata, ”Karena kita telah memiliki banyak uang, mengapa kita tidak bangun saja rumah bata yang besar?”

Isterinya tidak dapat menghalangi suaminya dan secara enggan menyetujui ide tersebut.

Suaminya kemudian menggunakan uang tersebut untuk membeli batu bata, ubin dan kayu dan menyewa tukang kayu dan tukang bangunan. Sejak saat itu, mereka tidak pernah lagi pergi ke gunung untuk memotong kayu bakar lagi.

Kemudian tibalah hari, dimana simpanan uang perak mereka hampir kering, tetapi rumah baru tersebut belum juga selesai. Telah lama dalam pikiran suaminya untuk meminta kantong uang tersebut menghasilkan uang perak yang lebih banyak.

Dengan tanpa sepengetahuan isterinya, dia membuka kantong tersebut untuk kedua kalinya dalam hari tersebut. Dan secara cepat, sebongkah perak kedua bergemerincing keluar. Dia membuka kantong tersebut untuk ketiga kalinya, dan mendapatkan uang perak ketiganya dalam hari tersebut.

Dia kemudian berpikir, ”Jika terus menerus seperti ini, rumah ini akan selesai dengan cepat!”

Dia telah melupakan peringatan orang tua berambut putih tersebut. Tetapi ketika dia membuka kantong uangnya untuk yang keempat kalinya, kantong tersebut kosong! Tidak ada perak atau apapun yang keluar.

Kantong tersebut telah menjadi sebuah kantong tua. Ketika dia berbalik untuk melihat rumah batanya yang belum selesai, rumah tersebut juga telah hilang. Yang tertinggal hanyalah gubuk tua.

Pemotong kayu tersebut merasa sangat sedih.

Isterinya datang dan menghiburnya, ”Kita tidak dapat bergantung pada kantong uang ajaib. Mari kita kembali ke gunung dan memotong kayu bakar. Ini cara terbaik untuk menghidupi diri kita.”

Sejak saat itu, pasutri tersebut kembali ke gunung untuk memotong kayu bakar dan hidup dan bekerja seperti dahulu kala.


dari: erabarunews - erabaru.net

**

Murid baru


Kisah nyata kali ini dilakoni Jon Koplo, seorang siswa Kelas VII sebuah SMP di Solo pada bulan Februari lalu. Waktu itu kelasnya libur empat hari karena dipakai untuk try out siswa Kelas IX. Selama libur Koplo mendapat PR yang lumayan banyak. Sayangnya, ia tidak menggunakan waktu liburnya untuk nggarap PR.



Libur hari pertama sampai hari ketiga, Selasa sampai Kamis Koplo cuma dolan dengan teman-temannya. Baru hari Jumatnya Koplo gendadapan mengerjakan semua PR-nya sampai harus wayangan hingga Subuh.

Belum sempat memasukkan buku-bukunya ke dalam tas, saking ngantuk-nya Koplo ketiduran sampai pukul 06.15 WIB. ”Plo! Bangun! Sudah siang! Kamu sekolah enggak?” gugah Gendhuk Nicole, kakaknya.

Koplo langsung mak gragap bangun dan cepet-cepet mandi, ganti baju, menata buku ke dalam tas dan langsung berangkat ke sekolah tanpa sarapan. Dengan sekuat tenaga ia mengayuh sepedanya. Maklum, sekolahnya lumayan jauh dari rumah.

Beruntung, ia sudah sampai di sekolah sebelum bel berbunyi. Tapi apa yang terjadi? Sampai di tempat parkir Koplo cuma bisa bengong. Ia melihat semua teman-temannya memakai seragam Pramuka karena hari itu hari Sabtu. Sedangkan Koplo memakai seragam putih biru. Seingat Koplo hari itu hari Senin karena barusan libur.
Apa boleh buat, daripada pulang dan terlambat masuk, ia pun dengan ndableg-nya tetap masuk kelas. Karuan saja, teman-teman di kelas VII-A itu langsung menyambutnya dengan sorak sorai.
Begitu Bu Guru Lady Cempluk masuk kelas, ia pun terkejut ketika melihat ada murid yang tampil beda.

”Lho, ada murid baru ya?” tanya Bu Cempluk.
”Iya Bu, baru kumat sablengnya!” celetuk Tom Gembus, salah seorang temannya. Koplo cuma bisa plenthas-plenthus kisinan.


dari: solopos.com -Kiriman Ashri Nur Istiqomah

**

Tuesday, April 5, 2011

Ngoyak bus [Mengejar Bus]


Februari 2009 lalu, sebuah stasiun televisi swasta mengadakan audisi vokal untuk ibu-ibu. Tak ketinggalan, Lady Cempluk yang tinggal di Sawit, Boyolali ini gumregah mengikuti audisi yang diadakan di Gedung Jogja Expo Center, Yogyakarta.

Pas hari H, esuk uthuk-uthuk Cempluk sudah berangkat ke Jogja dengan sangu pas-pasan. Tekadnya cuma satu, njajal kemampuan plus golek pengalaman, masalah kalah-menang itu tidak penting.



Dari rumah, Cempluk naik bus turun di Prambanan. Baru saja kakinya anjlok dari bus, Cempluk melihat bus Trans Jogja sedang jalan pelan-pelan mendekat. Ia pun langsung ngawe-awe sambil ancang-ancang mau naik.

”Eee, lhadalah, bis kok jogane dhuwur eram,” katanya sambil kethayalan berusaha mau naik ke pintu bus yang tingginya hampir satu meter itu. Karena chasing Cempluk yang lemu ginuk-ginuk, makin krenggosan-lah dia.

”Eee, bise kok ora gelem mandheg ta iki!” teriaknya sambil methentheng, namun sang bus tetap melaju.
Tiba-tiba ada seorang pemuda menepuk pundak Cempluk. ”Bu, kalau mau naik dari sana,” katanya sambil menunjuk sebuah bangunan halte. ”Ibu beli tiket dulu, baru naik dari sana, lebih gampang, ada tangganya. Kalau dari sini kakinya nggak nyampai,” jelasnya sambil menahan senyum.

”Oalah Mas… Mas kok ndak bilang dari tadi. Aku jadi malu, dilihat orang banyak,” jawab Cempluk pada pemuda yang ternyata pramugara bus itu.
Beruntung, sebagai tamba isin, Cempluk bisa menyisihkan 500 peserta lain dari hampir 700 peserta audisi di hari pertama, meski tidak lolos di audisi hari kedua, tapi hati Cempluk sudah sangat puas.


dari solopos.com - Kiriman Joshua Bibit
Butik Online ( tinyurl.com/TokoCewek )***TIPS n TRIK Bisnis Online ( tinyurl.com/cuma50saja )
**

Mendadak wangi [Mendadak Harum]


Jon Koplo, karyawan bagian marketing di sebuah perusahaan swasta di daerah Banyumanik, Semarang ini punya masalah dengan bau badannya. Sayangnya, ia tidak menyadari kalau kringet-nya yang super mambu itu telah membuat klepek-klepek teman-teman sekantor.

Sebenarnya teman-temannya sudah sering nyindir, tapi dasar ndableg, Koplo tidak mudheng-mudheng juga. Sementara teman-temannya tak berani mengingatkan lantaran takut menyinggung perasaannya.



”Wah, kalau bau gini terus, bisa pingsan nih,” gerutu Lady Cempluk, teman sekantor Koplo.
Cempluk pun mulai menggalang dukungan dengan beberapa temannya untuk membentuk ”Pansus” yang membahas soal kringet. Ia melakukan lobi-lobi antarkaryawan untuk memecahkan masalah pencemaran udara di kantornya itu.

Hingga pada suatu pagi, ketika Koplo datang ke kantor, di meja kerjanya telah ada sebuah kado mungil terbungkus rapi. ”Wah, Mas Koplo sudah mulai love-love-an ya? Tuh, ada fans yang ngirim kado segala,” goda Cempluk. Gendhuk Nicole dan Tom Gembus yang sudah tahu skenarionya hanya bisa cekikikan.
Sambil cengar-cengir, Koplo mengambil kado itu, tapi tidak langsung membukanya. Ia baru membuka kado itu setiba di rumah.
”Lho kok isinya deodoran, dari siapa nih?” Koplo penasaran.

Keesokan harinya, Koplo datang ke kantor dengan penampilan klimis dan berbau wangi.
”Wah, sekarang Mas Koplo berbau wangi,” ujar Cempluk sambil hidungnya kembang-kempis. ”Bener kan sekarang sudah mulai love-love-an?” goda Cempluk yang disambut tawa Nicole dan Gembus. Koplo cuma mesam-mesem sajak GR.

Entah krasa atau tidak, yang jelas sampai sekarang penampilan Koplo di kantor selalu wangi.


dari: Solopos.com - Kiriman Surathal

Butik Online ( tinyurl.com/TokoCewek )***TIPS n TRIK Bisnis Online ( tinyurl.com/cuma50saja )
**

Monday, April 4, 2011

Menyembunyikan Pakaian Pencuri


Ada seorang pencuri, pekerjaannya hanya mencuri sebagai nafkah hidupnya. Pada suatu malam dia mencari kesana kemari, di rumah orang kaya semua pintu dan jendela terkunci dengan rapat dan kuat, dia mencoba mencongkel tetapi tidak bisa berhasil.

Setelah berputar-putar mencari, akhirnya dia menemukan sebuah rumah yang sudah agak reot, dengan gampang dia mencongkel pintunya dan berhasil masuk ke dalam dengan mudah.



Setelah berada didalam rumah mata pencuri ini melirik ke seluruh ruangan mencari barang berharga, tetapi keluarga ini sangat miskin selain kain dan pakaian yang koyak serta meja kursi yang sudah tua dia sama sekali tidak menemukan barang berharga disana, melihat keadaan itu pencuri dengan kesal menghela nafas, “nasibku sedang sial, keluarga ini benar-benar sangat miskin, tidak ada sebuah barang berhargapun yang bisa dicuri, menghabiskan waktu dan tenaga saya saja !”

Jika pergi dengan tangan kosong, pencuri ini merasa tidak puas, dia lalu berusaha mencari ke sekeliling tempat itu lagi, dia lalu melihat dipinggir tempat tidur terdapat sebuah tong berisi beras, dia lalu berpikir, apa boleh buat, tidak ada barang berharga yang bisa saya curi, saya hanya bisa mengambil beras ini dibawa pulang untuk dimasak saja, tetapi tong ini terlalu besar dan berat tidak mungkin dibawa pergi, bisa menimbulkan kecurigaan orang lain, ah… ya begini saja…

Pencuri ini memukul jidatnya, dalam hati berpikir, lalu dia membuka bajunya dan melentangkan diatas lantai kamar, lalu membalikkan badannya mengambil tong beras, bermaksud menuangkan beras itu diatas bajunya. Karena pencuri ini sudah terlalu lama di dalam rumah, membuat penghuni rumah ini terbangun, melalui cahaya bulan yang dipancarkan dari jendela, suami pemilik rumah menyadari rumahnya dimasuki pencuri, pemilik rumah menjadi marah dia berpikir, “Saya sudah demikian miskin, barang berharga satu-satunya adalah beras yang ada di tong beras ini, teganya dia mau mencuri.”

Dia ingin berteriak, tetapi takut nanti pencuri ini membawa senjata tajam dan karena ketahuan menyerang dan menyakitnya, sangat bahaya, lalu pemilik rumah ini mengambil baju yang dilentangkan pencuri ini memasukkannya ke dalam selimutnya, begitu pencuri ini membalikkan badannya ingin menuang beras itu keatas bajunya, dia melihat bajunya sudah hilang, dia menjadi panik dan marah.

Pada saat ini istri pemilik rumah juga terbangun dari tidurnya dengan kaget bertanya kepada suaminya, “Ada apa suamiku? saya mendengar suara berisik, apakah rumah kita masuk pencuri?” Suaminya menjawab, “Mana ada pencuri? Dari tadi saya sudah bangun tidak melihat ada pencuri.”

Pencuri ini mendengar percakapan kedua suami istri ini, lalu dengan keras berteriak, “Mana bajuku, saya barusan meletakkan dilantai sekarang sudah hilang, kalian masih bilang tidak ada pencuri?” Pada saat ini para tetangga juga sudah terbangun oleh suara orang berteriak “Ada maling” segera lari kerumah ini, pencuri tidak sempat lari lagi, segera tertangkap oleh massa.

Pencuri ini tidak sadar dirinya sendiri sebagai maling, malahan maling teriak maling, membuat kedok sendiri terbuka. Setiap orang yang bermaksud jahat kepada orang lain, pada akhirnya akan mendapat balasannya.

dari: era baru news - erabaru.net
Butik Online ( tinyurl.com/TokoCewek )***TIPS n TRIK Bisnis Online ( tinyurl.com/cuma50saja )
**

Maling kok malah Kehilangan [Maling kelangan]


Yang namanya maling biasanya entuk-entukan. Tapi kalau maling malah kelangan, mungkin baru Jon Koplo dan Tom Gembus yang mengalaminya.
Jon Koplo dan Tom Gembus yang tinggal di daerah Klaten ini sudah lama berkoalisi sebagai maling profesional.

Bahkan untuk memperlancar mobilitasnya, mereka selalu menggunakan sepeda motor. Tujuannya, selain biar cepat kabur kalau konangan, jangkauan sasaran permalingannya pun bisa lebih jauh. Waktu operasinya pun tak tanggung-tanggung, siang bolong, karena suasana desa biasanya pada saat itu sedang sepi, ditinggal bekerja di sawah, pabrik, atau di mana pun.
Namun sepandai-pandai tupai melompat, sekali waktu jatuh juga.


Belum lama ini, keduanya ketiban sial saat menyatroni sebuah rumah yang berada di Pandanrejo, Kabupaten, Klaten Tengah, Klaten, kira-kira pukul 10.00 WIB. Agar tidak menimbulkan kecurigaan, mereka memarkir motor agak jauh dan tersembunyi dari target sasaran.

Melihat suasana yang sepi nyenyet, Jon Kolo yang biasanya cuma nongkrong di motor itu ikut masuk rumah agar perolehannya lebih banyak.
Namun sial. Belum sempat mereka mengambil apa yang diinginkan, keburu tepergok si tuan rumah yang tiba-tiba datang. Melihat ada orang asing yang mengobok-obok rumahnya, si tuan rumah pun spontan teriak, ”Maliiing…!”

Koplo dan Gembus pun kaget dan mak brabat, lari keluar. Namun ketika hendak menuju ke motornya, ndilalah warga desa mulai bermunculan. Daripada remuk dimassa, dua maling yang kalut itu pun mlayu sipat kuping ke segala penjuru, menyelamatkan diri masing-masing.
Beruntung, mereka lolos dari kejaran massa meskipun harus mengorbankan kendaraan dinasnya, sebuah sepeda motor Honda Supra X yang sampai saat ini masih diamankan oleh pihak berwajib.

dari: solopos.com - Kiriman Yuli Rustamaji

Butik Online ( tinyurl.com/TokoCewek )***TIPS n TRIK Bisnis Online ( tinyurl.com/cuma50saja )
**

Mak jegagik...!

Mentang-mentang jadi bos sebuah bank di wilayah Wonogiri, sifat Jon Koplo jadi angkuh, maunya menang sendiri dan ngeyelan, nggak peduli benar atau salah. Karena sifatnya itulah beberapa waktu lalu Koplo kena batunya.
Siang itu Jon Koplo hendak ke rumah Tom Gembus, kenalannya yang tinggal di Sukoharjo. Berbekal ancer-ancer yang diberikan Gembus, Koplo pun meluncur ke Kota makmur.
Ketika motor yang ditumpanginya sampai di pertigaan jalan kampung menuju rumah Gembus, Koplo bingung. Seingatnya Gembus memberi ancer-ancer dari pertigaan belok kanan dan rumahnya kira-kira 50 meter dari pertigaan. Tapi biar lebih yakin ia pun bertanya pada seorang warga, sebut saja Lady Cempluk.



”Bu, mau tanya, arah rumah Tom Gembus itu belok kiri atau kanan?” tanya Koplo mbegegeg tanpa turun dari motor.
”Bapak belok kiri saja, nanti 50 meter dari sini ada rumah bercat merah. Itu rumahnya Pak Gembus,” jawab Cempluk.
”Ah, Ibu jangan ngapusi lho, wong Gembus pernah bilang rumahnya belok kanan dari pertigaan ini kok!”
Dipaido begitu, Cempluk menjawab ketus, ”Lha kalau sudah tahu kenapa Bapak pakai tanya segala?” jawabnya langsung pergi sambil mbesengut.
Yakin dengan pendapatnya, Koplo tetap belok kanan. Setela kira-kira 50 meter ia bertanya pada seorang bapak-bapak. ”Pak, rumah Tom Gembus yang mana?”
”Rumah Pak Gembus sebelah sana, Pak. Tadi dari pertigaan belok kiri,” jawab bapak-bapak itu.
Ia pun memutar motornya dan menuju ke arah seperti yang ditunjuk Cempluk tadi. Benar saja, akhirnya ia sampai di rumah Tom Gembus. Kepada rekannya itu Koplo menceritakan kejadian tadi.
Tiba-tiba Tom Gembus memanggil istrinya, ”Bu, ini ada tamu. Tolong bikinkan minum!”
Tak berapa lama muncullah Lady Cempluk sambil membawa minuman. Mak jegagik, Koplo kaget sak nalika. Begitu juga Cempluk. Koplo tidak mengira babar pisan kalau orang yang dieyeli tadi ternyata isterinya Tom Gembus!

dari: edisicetak.solopos.com - Kiriman Parmi

Butik Online ( tinyurl.com/TokoCewek )***TIPS n TRIK Bisnis Online ( tinyurl.com/cuma50saja )
**

Sunday, April 3, 2011

Si Buta Meraba Matahari


Ada seseorang sejak dilahirkan sudah buta, dia sama sekali tidak tahu bagaimana bentuk matahari, biasanya dia hanya mendengar orang lain berkata, “Matahari!, matahari!’ Oleh sebab itu dia bertanya kepada orang lain bagaimana bentuk matahari.

Pada suatu waktu, si buta bertemu dengan seseorang, lalu dia bertanya kepada orang ini, “Bisakah engkau jelaskan kepada saya bagaimana bentuk matahari?”



Orang ini berkata, “Bentuk matahari adalah seperti ember tembaga ini.” Setelah berkata demikian orang ini mengangkat ember ini dan memukul-mukul ember ini, dan berkata, “tong, tong seperti inilah bentuk matahari.” Setelah mendengar bunyi ember ini si buta mengingatnya baik-baik dalam hati, sambil mengguman berkata, “Oh rupanya matahari seperti ini.”

Beberapa waktu kemudian, ketika si buta berjalan-jalan dia mendengar suara lonceng berbunyi, dia dengan gembira berteriak, “Matahari sudah datang! Saya sudah mendengar suaranya.”

Pada suatu waktu, si buta bertemu dengan orang lain lagi, orang ini berkata kepadanya, “Matahari mempunyai sinar, seperti sebuah lilin.” Dan orang ini mengambil sebatang lilin dan menyuruh si buta merabanya.

Si buta mengingatnya baik-baik bentuk matahari, didalam hatinya berkata, rupanya demikian bentuk matahari. Pada suatu hari, ada seseorang memberinya sebuah kecambah kacang, setelah dia meraba kecambah ini, bukankah ini matahari? Dengan gembira dia berteriak, “Saya sudah mendapatkan matahari, matahari sudah berada ditangan saya!”

Sebenarnya matahari dengan lonceng, matahari dengan lilin, perbedaannya terlalu besar, tetapi si buta ini berdasarkan penjelasan orang lain yang minim, akhirnya tidak bisa mengetahui dengan jelas perbedaan besar matahari dengan benda lainnya.

Orang yang hanya mendengar sedikit penjelasan orang lain yang minim dan mempercayainya, menganggap diri sendiri sudah pintar dan mengetahui seluruhnya, orang tersebut perlu dikasihani. Jika ingin mengetahui sebuah kenyataan dan mendapatkan pengetahuan, harus dengan rajin mencari asal muasalnya dan menguasainya dengan demikian kita baru bisa memutuskan bentuk barang tersebut dengan tepat.

dari era baru news [erabaru.net]
Butik Online ( tinyurl.com/TokoCewek )***TIPS n TRIK Bisnis Online ( tinyurl.com/cuma50saja )
**

Friday, April 1, 2011

Hiii.. Ada Putih-Putih...


Sepulang dari nonton konser band gratis yang digelar di Alun-alun Klaten beberapa waktu lalu, Jon Koplo, ABG kelas dua di sebuah SMP markotop di Klaten dan teman-temannya ngetiging pulang bonceng-boncengan sepeda onthel di tengah kegelapan malam.
Setelah separuh perjalanan, giliran Jon Koplo yang mboncengke Tom Gembus.

Kali ini Koplo mengayuh sepeda dengan santai karena hampir sampai di desanya. Sementara dua temannya sudah bablas duluan.



Ketika melewati mbulak penghubung dua desa yang sangat gelap dan sepi, dari kejauhan Koplo melihat ada sesosok orang memakai pakaian serba putih duduk membelakangi jalan di buk tengah sawah. ”Wah enek kancane iki. Neng ngebuk enek uwong, berarti aku ora dhewe,” batin Koplo ayem.

Bahkan karena kecapekan, Koplo ingin berhenti dan menyapa orang itu. Namun melihat genjotan Koplo semakin pelan, Gembus yang penakut itu segera ngabani Koplo, ”Plo ngebut Plo! Kae enek pocongan, kok kowe malah alon-alon?”

Karena permintaannya tidak digubris, kaki Gembus segera menginjak kaki Koplo, maksudnya membantu Koplo nggenjot biar berjalan lebih cepat. Tapi Koplo yang tangannya sudah memegang rem bersiap-siap ingin berhenti malah bingung dan kehilangan keseimbangan. Akhirnya sepeda mereka malah ambruk di dekat makhluk berbaju putih tadi.

Tapi anehnya, makhluk itu tidak menoleh sedikit pun, ia tetap menghadap ke sawah membelakangi jalan. Gembus yang jireh langsung berdiri dan lari tunggang langgang meninggalkan Koplo. Koplo pun segera berlari nututi Gembus dengan menuntun sepedanya.
Akhirnya dengan napas yang menggeh-menggeh kadua bocah ini sampai di rumah mereka.

Yang membuat Koplo dan Gembus penasaran sampai sekarang, kenapa makhluk itu tidak menoleh sedikit pun, padahal di belakangnya ada suara gaduh. Sebenarnya dia itu manusia apa bukan ya?

dari: solopos.com [ Kiriman Ika Wulansari ]

Butik Online ( tinyurl.com/TokoCewek )***TIPS n TRIK Bisnis Online ( tinyurl.com/cuma50saja )
**

Teka-teki Besek (Bungkusan dlm bhs Jawa)


Suatu hari, Jon Koplo yang tinggal di Wonogiri ini kedatangan seseorang yang katanya disuruh oleh kerabat jauh Jon Koplo untuk mengantarkan punjungan hajatan manten. Tak ambil pusing, Koplo langsung menyambut besek besar berisi makanan itu tanpa banyak tanya.

”Punjungan dari siapa, Pak?” tanya Lady Cempluk, istrinya. Koplo bingung menjawab karena ketika menerima punjungan tadi ia tak sempat tanya.



”Wadhuh, aku ndak mudheng Bune, tadi yang ngater ndak bilang apa-apa kok.”
”Njenengan itu gimana ta Pak? Dipunjung kok ndak tahu dari mana. Ada famili njenengan yang punya gawe ndak?”

Koplo dan Cempluk mencoba mengingat-ingat, tetapi merasa tidak memiliki kerabat yang lagi punya gawe. Akhirnya mereka sepakat untuk tidak menyentuh besek besar itu sebelum jelas dari siapa. Khawatir jika punjungan itu salah alamat. Namun ditunggu sampai petang ternyata tak ada orang yang mengambil besek itu.

”Wis, Pluk. Daripada makanan ini mubazir, lebih baik kita makan saja, mungkin ini rezeki kita,” usul Koplo yang langsung membuka besek besar itu. Dalam sekejap isi besek itu ludes.
”Kalau nanti tahu siapa yang memberi besek ini, kita harus nyumbang lho Pak?” kata Cempluk sambil membereskan sisa makanan yang ada di meja. Koplo hanya mengangguk.

Baru dua hari kemudian, teka-teki alamat pemilik punjungan itu menemukan titik terang saat Cempluk dolan ke rumah Tom Gembus, tetangga sebelah.
”Kebangeten tenan kok Pluk. Wong nyumbang akeh kok ora di wenehi ulih-ulih,” wadul Tom Gembus.
”Siapa itu, Mas?” tanya Cempluk.

”Itu lho, temanku sekolah dulu. Jare wis nganggep sedulur, kok ya ora pangerten. Wis disumbang, blas ora kirim besek,” jawab Gembus.
Mendengar jawaban itu Cempluk kaget. Tapi karena tak ingin wadi-nya ketahuan, Cempluk buru-buru pamit pulang. ”Ya ditunggu aja, Mas, mungkin belum sempat…”

dari: solopos.com [Kiriman Yusuf cahyono]

Butik Online ( tinyurl.com/TokoCewek )***TIPS n TRIK Bisnis Online ( tinyurl.com/cuma50saja )
**

Kena Gendam

Modus main gendam minta pulsa memang lagi ngetrend. Korban cukup dibel atau di-SMS saja, maka dia akan manut untuk ngisi pulsa sesuai kemauan si penggendam. Modus inilah yang menginspirasi Jon Koplo untuk melindungi aksi bulusnya.
Sabtu sore, sepulang mengisi pulsa dari konter HP, pemilik percetakan kecil-kecilan di Wonogiri Timur ini wadul kepada istrinya, Lady Cempluk, bahwa ia telah digendam sambil menunjukkan SMS yang berbunyi ”Tolong kirimi Bapak pulsa RP 100.000...” Karuan saja Cempluk ikut thenger-thenger kecewa, wong HP-nya sendiri saja pulsanya mepet kok orang lain dikirimi pulsa.


Anehnya, aksi ”gendam” ini terulang lagi Sabtu sore berikutnya. Koplo mengaku ditelepon orang disuruh mengisi pulsa, dan ia manut saja.
Cempluk mulai curiga. Ia pun golek sisik melik ke konter milik Tom Gembus, tempat suaminya mengisi pulsa. Dari Tom Gembus yang juga temannya itu diperoleh informasi bahwa Koplo tiap Sabtu sore memang selalu ngisi pulsa Rp 100.000 buat orangtuanya di Boyolali.
Cempluk gumun, mosok ngisi pulsa buat orangtuanya ndadak direwangi ngapusi sama istri. Iseng-iseng Cempluk ngebel nomor pemberian Tom Gembus. Sayangnya nomor tersebut gagal dihubungi karena selalu di luar area. Ya sudahlah.
Sabtu sore berikutnya, kembali Koplo laporan baru saja kena gendam pulsa seratus ribu. Cempluk langsung muntab. Jatah belanja makin menipis kok malah digerogoti pulsa. Disaut-nya HP Koplo, jarinya langsung memencet nomor pemberian Tom Gembus yang masih diingatnya.
Terdengar nada sambung. Ingin rasanya Cempluk mendamprat si ”tukang gendam” yang ngisruh ekonomi dapurnya itu. Belum lagi Cempluk sempat bicara, dari seberang terdengar suara perempuan empuk menul-menul, ”Wadhuh Mas Koplo, makasih ya sayang, udah dikirimi pulsa lagi. Awas, jangan ketahuan Lady Cempluk lho! Ketemuannya besok ya Mas, sekalian libur mingguan...”
Mak bleg, Cempluk seperti kembrukan Gunung Merapi. Saking muntab-nya, dibantingnya HP Jon Koplo sak kayange... mak pyarrr!!! Maka perang brantayuda pun dimulai.

dari: edisicetak.solopos.com [Pengirim Suyanto]

Butik Online ( tinyurl.com/TokoCewek ) *** TIPS n TRIK Bisnis Online ( tinyurl.com/cuma50saja )

**

Thursday, March 31, 2011

Makna dibalik Pertemuan Bima dan Dewa Ruci [2]


lanjutan [ Makna dibalik Pertemuan Bima dan Dewa Ruci [1] } Setiap manusia, tanpa mengenal ras, bangsa, suku, dan agama; selalu mempunyai Dewa Ruci-nya sendiri-sendiri. Ia adalah hati kecil kita, yang selalu mengingatkan kita. Ia merupakan mata hati kita, yang selalu melihat secara jernih, segala hal di sekeliling kita, tanpa terpengaruh apapun. Karenanya, Dewa Ruci, selalu ‘manjing’ di dalam diri kita, yang diibaratkan sebagai Bima.

Dewa Ruci mewakili hati kecil kita, yang tidak bisa dibohongi, tidak bisa dibeli, tidak bisa diubah pendiriannya, jujur, dan selalu mengingatkan diri kita tentang berbagai hal yang kita akan, sedang, dan sudah lakukan.



Bima yang ‘orang biasa’, sebenarnya mewakili bagian dari diri ‘wadhag’ kita yang bersikap lugu, jujur, dan apa adanya. Setiap manusia, pasti mempunyai sifat ini, meskipun seringkali tertutup dengan sifat dan peri-laku lainnya yang mendominasi kehidupan kita.

Sebagai manusia biasa, seringkali kita berhadapan dengan berbagai hal dan peristiwa, yang bisa membuat kita kehilangan keteguhan hati, kesetiaan, semangat hidup, dan semangat juang. Sesekali, kita pasti merasakan juga seakan-akan dunia sudah melupakan kita, atau seakan menghilangkan peran kita. Karenanya, kita seringkali menjadi jengkel, marah, atau mungkin saja timbul dendam kesumat, terhadap sesuatu hal yang kita hadapi. Akibatnya, bisa saja kita lalu bersikap masa bodoh. Jika kesedihan kita sedemikian memuncaknya, maka mungkin saja kita membuat keputusan yang jauh lebih drastis dari pada yang kita bayangkan, yaitu mengakhiri hidup kita. Mungkin, maksud kita mau melupakan semua hal yang merumitkan dan menyulitkan kehidupan kita. Tetapi, apakah benar seperti itu, jalan yang hendak kita jalani?

Sebagai manusia biasa, kita bisa saja membuat keputusan dan tindakan yang bagi orang lain merupakan suatu tindakan konyol. Tetapi, jika kita mulai memahami segala hal secara jernih, sangat mungkin hal itu tidak akan terjadi. Tetapi, siapakah yang mengingatkan kita pertama kali tentang apa yang kita pikirkan dan hendak kita lakukan. Apakah kita selalu merenungkan hal ini? Kita seringkali merasa sendirian, tak mempunyai teman, tak mempunyai sahabat, merasakan kesepian yang luar biasa. Bahkan perasaan ini juga bisa timbul saat kita berada di tempat yang sangat ramai.

Intinya, kita sebagai pengejawantahan Bima, bisa saja mencapai suatu tahap ‘suci’ (seperti diceritakan dalam pewayangan, pada lakon ‘Bima Suci’), jika kita mau mendengar apa yang dikatakan oleh Dewa Ruci, hati kecil kita. Dengan demikian, jika kita mau berlaku seperti itu, maka akan mengalami kehidupan yang jauh lebih baik, lebih damai, serta bisa mengerti dan menerima, mengapa orang memperlakukan kita dengan suatu perlakuan tertentu (kadang-kadang kita diperlakukan secara baik, kadang-kadang kita diperlakukan secara buruk).

Jika mengerti berbagai hal itu, maka sama dengan kita mulai mengerti siapa diri kita, siapa jati diri kita, mengerti untuk apa kita ada, dan akhirnya juga kepada siapa kita akan kembali nanti. Seperti sering diceritakan oleh Ki Dhalang dalam dunia pewayangan, “mangerti sangkan paraning dumadi”.


dari: wayangprabu.com

Butik Online ( tinyurl.com/TokoCewek )***TIPS n TRIK Bisnis Online ( tinyurl.com/cuma50saja )
**

Makna dibalik Pertemuan Bima dan Dewa Ruci [1]


Termangu sang Bima di tepian samudera, dibelai kehangatan alun ombak setinggi betis.Tak ada lagi tempat bertanya, sesirnanya sang naga nemburnawa.

Dewaruci, Sang Marbudyengrat, memandangnya iba dari kejauhan, tahu belaka bahwa tirta pawitra memang tak pernah ada dan mustahil akan pernah bisa ditemukan oleh manusia mana pun.

Menghampiri sang Dewa Ruci sambil menyapa, "Apa yang kau cari, hai Werkudara, hanya ada bencana dan kesulitan yang ada di sini. Di tempat sesunyi dan sekosong ini."




Terkejut sang Bima dan mencari ke kanan kiri, setelah melihat sang penanya, lalu ia bergumam: "Makhluk apa lagi ini, sendirian di tengah samudera sunyi. Kecil mungil tapi berbunyi pongah dan jumawa?"

"Serba sunyi di sini", lanjut sang Marbudyengrat. Mustahil akan ada sabda keluhuran di tempat seperti ini, sia-sialah usahamu mencarinya tanpa peduli segala bahaya.

Sang Bima semakin termangu menduga-duga, dan akhirnya sadar bahwa makhluk ini pastilah seorang dewa.

"Ah, paduka tuan, gelap pekat rasa hatiku. Entahlah apa sebenarnya yang aku cari ini. Dan siapa sebenarnya diriku ini," tanya Bima

"Ketahuilah anakku, akulah yang disebut Dewaruci, atau sang Marbudyengrat, yang tahu segalanya tentang dirimu, anakku yang keturunan hyang guru dari hyang brahma, anak kunti, keturunan wisnu yang hanya beranak tiga, yudistira, dirimu, dan janaka. Yang bersaudara dua lagi nakula dan sadewa dari ibunda madrim si putri mandraka," jawab Sang Dewa Ruci.

"Datangmu kemari atas perintah gurumu dahyang Durna, untuk mencari tirta pawitra yang tak pernah ada di sini." berkata Sang Dewa Ruci.

"Bila demikian, pukulun, wejanglah aku seperlunya, agar tidak mengalami kegelapan seperti ini. Terasa bagai keris tanpa sarungnya," ujar Bima.

"Sabarlah anakku,.memang berat cobaan hidup. Ingatlah pesanku ini senantiasa. Jangan berangkat sebelum tahu tujuanmu, jangan menyuap sebelum mencicipinya, tahu hanya berawal dari bertanya, bisa berpangkal dari meniru, sesuatu terwujud hanya dari tindakan. janganlah bagai orang gunung membeli emas, mendapat besi kuning pun puas menduga mendapat emas. Bila tanpa dasar, bakti membuta pun akan bisa menyesatkan," berkata Sang Dewa Ruci.

"Duh, pukulun, tahulah sudah di mana salah hamba. Bertindak tanpa tahu asal tujuan. Sekarang hamba pasrah jiwaraga terserah paduka," pasrah Bima berkata.

"Nah, bila benar ucapanmu, segera masuklah ke dalam diriku," lanjut sang marbudyengrat.

Sang Bena tertegun tak percaya mendengarnya.

"Ah, mana mungkin hamba bisa melakukannya. Paduka hanyalah anak bajang sedangkan tubuh hamba sebesar bukit. Kelingking pun tak akan mungkin muat.

"Wahai Werkudara si dungu ,anakku. Sebesar apa dirimu dibanding alam semesta? Seisi alam ini pun bisa masuk ke dalam diriku. Jangankan lagi dirimu yang hanya sejentik noktah di alam. " jawab Sang Dewa Ruci.

Mendengar ucapan sang Dewa Ruci, sang Bima merasa kecil seketika. Dan segera melompat masuk ke telinga kiri sang Dewa Ruci.

Yang telah terserap ke arahnya.

"Hai, Werkudara, katakanlah sejelas-jelasnya segala yang kau saksikan di sana," ujar Dewa Ruci.

"Hanya tampak samudera luas tak bertepi," ucap sang Bima. Alam awang-uwung tak berbatas hamba semakin bingung, tak tahu mana utara selatan atas bawah depan belakang," ujar Bima lagi.

"Janganlah mudah cemas," ujar sang Dewa Ruci. Yakinilah bahwa di setiap kebimbangan senantiasa akan ada pertolongan dewata.

Dalam seketika sang Bima menemukan arah mata angin dan melihat surya. Setelah hati kembali tenang tampaklah sang Dewa Ruci di jagad walikan.

"Hai, Bima! Ceritakanlah dengan cermat segala yang kau saksikan," ujar Dewa Ruci.

"Awalnya terlihat cahaya terang memancar, " kata sang Bima. Kemudian disusul cahaya hitam, merah, kuning, putih. Apakah gerangan semua itu?" tanya Bima.

"Ketahuilah Werkudara, cahaya terang itu adalah pancamaya, penerang hati, yang disebut mukasipat (mukasyafah), penunjuk ke kesejatian, pembawa diri ke segala sifat lebih. Cahaya empat warna, itulah warna hati. Hitam, merah, dan kuning adalah penghalang cipta yang kekal. Hitam melambangkan nafsu amarah, merah nafsu angkara, kuning nafsu memiliki. Hanya si putihlah yang bisa membawamu ke budi jatmika dan sanggup menerima sasmita alam. Namun selalu terhalangi oleh ketiga warna yang lain. Hanya sendiri tanpa teman melawan tiga musuh abadi. Hanya bisa menang dengan bantuan sang sukma. Adalah nugraha bila si putih bisa kau menangkan. Di saat itulah dirimu mampu menembus segala batas alam tanpa belajar.

"Duhai pukulun, sedikit tercerahkan hati hamba oleh wejanganmu," jawab Bima.

"Setelah lenyap empat cahaya, muncullah nyala delapan warna. Ada yang bagai ratna bercahaya, ada yang maya-maya, ada yang menyala berkobar," lanjut Bima.

"Itulah kesejatian yang tunggal, anakku terkasih. Semuanya telah senantiasa ada dalam diri setiap mahluk ciptaan. Sering disebut jagad agung dan jagad cilik. Dari sanalah asal arah mata angin dan empat warna hitam merah kuning putih itu. Seusai kehidupan di alam ini semuanya akan berkumpul menjadi satu, Tanpa terbedakan lelaki perempuan tua muda besar kecil kaya miskin, akan tampak bagai lebah muda kuning gading," ujar Dewa Ruci melanjutkan wejangannya.

"Amatilah lebih cermat, wahai werkudara anakku," lanjut Dewa Ruci.

"Semakin cerah rasa hati hamba," ucap Bima.

"Kini tampak putaran berwarna gading, bercahaya memancar. Warna sejatikah yang hamba saksikan itu?" tanya Bima.

"Bukan, anakku yang dungu, bukan," jawab Dewa Ruci.

"Berusahalah segera mampu membedakannya. Zat sejati yang kamu cari itu tak tak berbentuk tak terlihat. Tak bertempat-pasti namun bisa dirasa keberadaannya di sepenuh jagad ini. Sedang putaran berwarna gading itu adalah pramana yang juga tinggal di dalam raga namun bagaikan tumbuhan simbar di pepohonan. Ia tidak ikut merasakan lapar, kenyang, haus, lelah dan mengantuk dan sebagainya. Dialah yang menikmati hidup sejati dihidupi oleh sukma sejati. Ialah yang merawat raga. Tanpanya raga akan terpuruk menunjukkan kematian.

"Pukulun, jelaslah sudah tentang pramana dalam kehidupan hamba. Lalu bagaimana wujudnya zat sejati itu?" tanya Bima.



"Itu tidaklah mudah dijelaskan," ujar sang Dewa Ruci. Gampang-gampang susah.

"Sebelum hal itu dijelaskan," kejar sang Bima. Hamba tak ingin keluar dari tempat ini, Serba nikmat aman sejahtera dan bermanfaat terasa segalanya.

"Itu tak boleh terjadi, bila belum tiba saatnya, hai Werkudara," jawab Dewa Ruci.

"Mengenai zat sejati, engkau akan menemukannya sendiri. Setelah memahami tentang penyebab gagalnya segala laku serta bisa bertahan dari segala goda. Di saat itulah sang sukma akan menghampirimu. Dan batinmu akan berada di dalam sang sukma sejati. Janganlah perlakukan pengetahuan ini seperti asap dengan api, bagai air dengan ombak, atau minyak dengan susu. Perbuatlah, jangan hanya mempercakapkannya belaka. Jalankanlah sepenuh hati setelah memahami segala makna wicara kita ini. Jangan pernah punya sesembahan lain selain sang maha luhur. Pakailah senantiasa keempat pengetahuan ini. Pengetahuan kelima adalah pengetahuan antara, yaitu mati di dalam hidup, hidup di dalam mati. Hidup yang kekal, semuanya sudah berlalu, tak perlu lagi segala aji kewijayaan, semuanya sudah termuat di sini.

Maka selesailah wejangan sang Dewa Ruci. Sang guru merangkul sang Bima dan membisikkan segala rahasia rasa terang bercahaya seketika wajah sang Bima menerima wahyu kebahagiaan.

Bagaikan kuntum bunga yang telah mekar, menyebarkan keharuman dan keindahan memenuhi alam semesta.

Dan blassss . . . !

Sudah keluarlah sang Bima dari raga Dewa Ruci sang marbudyengrat. Kembali ke alam nyata di tepian samudera luas sunyi tanpa sang Dewa Ruci.

Sang Bima melompat ke daratan dan melangkah kembali, siap menyongsong dan menyusuri rimba belantara kehidupan.



dari: www.angelfire.com/nt2/oz2002indo/story/wejangan.htm

BERSAMBUNG KE {Makna dibalik Pertemuan Bima dan Dewa Ruci [1]}

Butik Online ( tinyurl.com/TokoCewek )***TIPS n TRIK Bisnis Online ( tinyurl.com/cuma50saja )
**

Wednesday, March 30, 2011

Ayam Jago (Jacko) dan Serigala


Jacko adalah seekor ayam jantan yang sangat gagah dan cantik, setiap subuh suaranya yang merdu akan berkokok membangunkan seluruh penghuni pertanian ini. Istrinya Richi, selalu disampingnya dengan pandangan memuja memandang suaminya yang berkokok dengan suara merdu.

Pada suatu malam, Richi mendengar sebuah suara aneh keluar dari kerongkongan suaminya, “Ada apa suamiku, engkau kelihatannya sangat ketakutan?” Tanya Richi kepada suaminya.


“Ah.. saya bermimpi buruk, ketika saya berjalan di hutan saya bertemu dengan seekor binatang merah yang menyerupai anjing menerkam saya, hidungnya kecil, mata merahnya sangat menakutkan.! jawab Jacko.

“Sebuah mimpi sudah membuat engkau demikian takut, apakah engkau adalah pengecut?, suamiku seharusnya sangat pintar dan pemberani.” Karena tidurnya terganggu dengan kesal Richi berkata demikian.

“Benar seperti yang engkau katakan hanya mimpi.” Jawab Jacko “Tetapi terkadang mimpi bisa menjadi kenyataan, saya pikir itu adalah petanda saya akan menghadapi mala petaka, tetapi sekarang kita tidak usah membahas masalah ini, saya merasa bahagia berada disampingmu.”

Keesokan harinya Jacko dengan gagah pergi mencari makanan, setiap bertemu dengan sebutir makanan dia akan berkokok memanggil istrinya datang bersama-sama menikmati makanan tersebut, dengan gagah dia melangkah berjalan-jalan dibawah terik matahari dia merasa sangat bangga, dia sama sekali telah melupakan mimpi buruknya.

Pada saat ini ada seekor srigala sambil mengendap-endap berjalan mendekati pagar tanah pertanian, Jacko yang sedang mengejar seekor kupu-kupu tanpa sengaja mendekati tempat persembunyian srigala, ketika Jacko menyadari hal itu sangat terkejut, berbalik badan hendak lari.

“Sahabatku tercinta, jangan lari” Srigala dengan suara lembut berkata, “Saya berbaring disini hanya ingin mendengarkan suaramu yang merdu bagaikan malaikat, orang tuamu adalah sahabat baik saya, saya teringat biasanya kalau mereka bernyanyi selalu mengibaskan kedua sayapnya dan memejamkan kedua matanya, kemudian mereka akan bernyanyi dengan suara merdu, apakah engkau juga sama dengan mereka? Saya sangat mengharapkan engkau dapat menyanyi sebuah lagu untuk saya!”

Mendengar pujiannya Jacko serasa melayang-layang, lalu dia mengibaskan kedua sayapnya, dengan tegak berdiri dan kedua mata dipejamkan bersiap-siap menyanyi dengan suara keras, pada saat ini srigala segera menerkam kedepan dan menggigit kerongkongannya, mengangkat badan Jacko sambil berlari dengan kencang menuju kearah hutan, ayam betina yang melihat kejadian ini dengan panik berteriak, menimbulkan perhatian pemiliki pertanian, lembu, anak lembu, babi, itik dan ayam lainnya ikut berteriak dan mengejar srigala sehingga srigala menjadi panik.

“Wah.. engkau berlari sangat kencang!” Jacko berkata kepada srigala, “Jika saya menjadi engkau saya akan mengejek dan tertawa dengan senang melihat semua yang mengejar dengan lambat dibelakang kita saya akan mengejek mereka kenapa kalian seperti keong yang merangkak dengan lambat?. Haa…ha…haa..! walaupun kalian semua mengejar saya, hanya sia-sia sebentar lagi saya akan berpesta menyantap ayam jantan yang lezat ini!”

Srigala dengan rasa menang membuka mulutnya tertawa hendak mengejek kelompok yang mengejarnya dari belakang, Jacko yang terlepas segera terbang keatas dahan pohon, srigala dengan tenang berkata, “Saya hanya ingin membuktikan betapa pentingnya engkau! Lihat, begitu banyak orang yang mengejar kita! Turunlah! Saya tidak akan menakutimu, dirumah saya ada kejutan yang sedang menunggumu!”

“Tidak! Engkau sudah tidak mungkin menangkap saya!” jawab Jacko “Jika seseorang pada saat memerlukan membuka matanya lebar-lebar tetapi menutup matanya, dia pantas menjadi buta”.

Teman-teman Jacko sudah mendekat, oleh sebab itu srigala terpaksa berlari menghilang dari tempat itu, sambil mengomel “Jika seseorang pada saat memerlukan tutup mulut tetap membuka mulutnya, sangat pantas dia kehilangan santapannya yang lezat.”

dari: era baru news [erabaru.net]

Butik Online ( tinyurl.com/TokoCewek )***TIPS n TRIK Bisnis Online ( tinyurl.com/cuma50saja )
**

Serigala dan Anak Kambing imut


Suatu ketika, ada seekor kambing kecil yang tanduknya mulai tumbuh. Hal itu membuat dia berpikir bahwa saat itu dia sudah dewasa dan bisa menjaga dirinya sendiri.

Suatu sore ketika gerombolan kambing mulai pulang ke peternakan kembali dan ibunya sudah memanggilnya, anak kambing tersebut tidak memperhatikan dan memperdulikan panggilan ibunya. Dia tetap tinggal di lapangan rumput tersebut dan mengunyah rumput-rumput yang halus disekelilingnya.


Beberapa saat kemudian ketika dia mengangkat kepalanya, dia melihat gerombolan kambing termasuk ibunya sudah tidak ada lagi.

Sekarang dia tinggal sendirian. Matahari sudah terbenam. Bayangan panjang mulai menutupi tanah. Angin dingin mulai datang bertiup dan membuat suara yang menakutkan.

Anak kambing tersebut mulai gemetar karena takut dia akan bertemu dengan serigala. Kemudian dia mulai lari sekencang-kencangnya melewati lapangan rumput untuk pulang ke peternakan, sambil mengembik-embik memanggil ibunya. Tetapi di tengah jalan, dekat pohon perdu, apa yang ditakutkan benar-benar terjadi, seekor serigala telah berdiri di sana memandangnya dengan wajah lapar.

Kambing kecil itu tahu bahwa kecil harapan untuk dia bisa lolos dari sergapan serigala tersebut.

"Tolonglah, tuan Serigala," katanya dengan gemetar, "Saya tahu kamu akan memakan saya. Tetapi pertama kali, nyanyikanlah saya sebuah lagu dengan suling mu, karena saya ingin menari dan bergembira selama saya bisa."

Serigala tersebut menyukai gagasan dari kambing kecil tadi, bermain musik sebelum makan, jadi serigala itu mengeluarkan serulingnya dan mulai memainkan lagu gembira dan kambing kecil itu meloncat-loncat menari bergembira.

Sementara gerombolan kambing tadi bergerak pulang ke peternakan, di keheningan sore yang mulai beranjak gelap, suara seruling dari serigala sayup-sayup terdengar. Anjing-anjing gembala yang menjaga gerombolan kambing tersebut lansung menajamkan telinganya dan mengenali lagu yang dimainkan oleh serigala, dan dengan cepat anjing-anjing gembala tersebut lari ke arah serigala tersebut dan menyelamatkan kambing kecil yang sedang menari-nari.

Serigala yang hendak memakan kambing kecil tadi akhirnya lari dikejar-kejar oleh anjing gembala, dan berpikir betapa bodohnya dia, memainkan lagu dengan seruling untuk si kambing kecil pada saat dia seharusnya sudah menerkamnya langsung.

pesan moral: Jangan biarkan apapun membuat kamu berbalik melupakan tujuan utamamu

Kisah ini adalah bagian dari Seri Dongeng Aesop

Aesop adalah seorang pendongeng yang konon hidup 600 tahun sebelum Masehi. Dongeng-dongengnya selalu mengajarkan kebaikan atau kebijakan untuk manusia

dari: era baru news [erabaru.net]

Butik Online ( tinyurl.com/TokoCewek )***TIPS n TRIK Bisnis Online ( tinyurl.com/cuma50saja )
**

Serigala Buntung [tanpa kaki]



Ada seseorang melihat ada seekor serigala tanpa kaki. Walaupun serigala ini tidak mempunyai kaki, tetapi kelihatan serigala ini sangat gemuk dan sehat, kelihatannya dia tidak kekurangan makanan. Dia merasa sangat heran :”seekor srigala tanpa kaki bagaimana dapat hidup dihutan belantara dan memburu mangsa untuk makanannya? Pada saat ini, dia melihat seekor singa menggigit seekor rusa. Dengan sangat rakus dan tergesa-gesa singa ini mengerogoti mangsanya, lalu setelah perutnya kenyang, berlalu dari tempat itu: lalu baru kemudian serigala ini memakan remah-remah daging rusa yang ditinggalkan singa itu, dengan demikian dia mengisi perutnya sampai kenyang.



Keesokan harinya, kejadian ini berulang kembali. Rupanya setiap hari srigala ini mempertahankan hidupnya dari bekas sisa-sisa makanan singa. Ketika orang ini melihat kejadian ini, merasa Tuhan sangat adil dan berbelas kasih, terhadap seekor srigala tanpa kaki saja sudah diatur santapan yang dapat mengenyangkan perut setiap hari, sedangkan saya hanya dengan percaya kepada Tuhan, bergantung kepada Tuhan yang menciptakan segala yang ada didalam alam semesta ini pasti tidak akan kekurangan makanan dan minuman. Oleh sebab itu, mulai saat ini orang tersebut tidak mengerjakan pekerjaan apapun lagi, seperti ratu semut dengan begong dia diam saja tidak bekerja, menunggu Tuhan memberi dia makan.

Sesudah beberapa hari berlalu, Tuhan tidak memberi dia sebutir beras, teman dan saudaranya juga tidak datang menanyakan keadaannya, akhirnya dia menjadi kurus kering, pada saat dia merasa sangat lapar, dari arah dinding dia mendengar sebuah suara yang berkata :”Manusia! Engkau seharusnya seperti seekor singa itu menyisakan makanan untuk orang lain, kenapa harus sama dengan srigala yang tergantung kepada orang lain, menunggu belas kasihan orang lain memakan sisa makanan dari orang lain,? Selagi muda mempunyai tenaga harus bekerja dengan giat mencari makan dan membagi kepada orang lain, jangan hanya bermalas-malas menunggu belas kasihan dari orang lain, orang bijak harus giat bekerja untuk menghidupkan diri sendiri dengan begitu kehidupan yang dijalani akan berarti, hanya orang bodoh yang menunggu belas kasihan dan pemberian orang lain untuk kelangsungan hidupnya membuat dia menjadi orang yang tidak berguna dan diremehkan orang lain.

dari: era baru news [erabaru.net]
Butik Online ( tinyurl.com/TokoCewek )***TIPS n TRIK Bisnis Online ( tinyurl.com/cuma50saja )



**

Kambing dan Serigala


Ada seekor anak ayam telah hilang, Jaksa serigala ketika mengadili kambing berkata, “Ayam adalah tetangga kamu, engkau berada paling dekat dengannya, jika bukan engkau yang memakannya, siapa lagi yang memakannya?”

Kambing berkata, “Tuan jaksa, saya telah difitnah, saya adalah vegetarian, tidak memakan daging, mana mungkin memakan ayam?”.

* Jaksa srigala berkata, “Anak ayam demikian wangi, demikian lezat, mana mungkin engkau tidak memakannya? Siapa yang akan percaya!” Para jaksa srigala tertawa dengan licik, semuanya menuduh kambing yang memakannya, akhirnya kambing yang kasihan ini divonis hukuman mati.

Didalam cerita kecil ini ada sebuah makna besar.

Seluruh kambing mengetahui kambing ini telah difitnah, karena kambing adalah vegetarian, sama sekali tidak tertarik kepada “kelezatan ayam” Tetapi jaksa srigala yang berkuasa ketika menjatuhkan vonis hukuman kambing dengan air liur yang jatuh berkata, “Anak ayam demikian wangi! Demikian lezat….”. Srigala yang memakan ayam tahu kambing ini telah difitnah, dia sengaja mencelakakan kambing ini! Apakah srigala yang lain juga tahu kambing ini telah difitnah? Apakah mereka adalah sekomplotan atau mereka ada kelompok yang dibodohi?

Tentu saja, engkau yang pintar pasti tahu kambing ini telah difitnah; karena engkau tahu benar sifat binatang, engkau juga dapat dengan jelas melihat alasan yang dipergunakan jaksa srigala licik dan korup ketika memvonis kambing. Sedangkan didalam kehidupan yang nyata ini jika kasus yang sama terjadi, hati manusia apakah dengan jelas bisa membedakan mana yang benar dan salah?

copas dari: Era Baru News erabaru.net

*Butik Online ( tinyurl.com/TokoCewek )TIPS n TRIK Bisnis Online ( tinyurl.com/cuma50saja )-
..::klik untuk One 4 Share versi mobile ::.. _ __