Chitrangada, putra Setyawati, tewas dalam perang melawan para gandarwa. Karena ia tidak punya anak, adiknya, Wicitrawirya, dinobatkan menjadi penggantinya. Tetapi, ketika naik tahta ia belum cukup dewasa, tampuk pemerintahan dijalankan Bhisma sampai ia cukup umur.
Ketika Wicitrawirya telah cukup dewasa, Bhisma mencarikan calon istri untuknya. Ia mendengar bahwa putri-putri raja Kasi akan memilih calon suami menurut adat istiadat kaum ksatria. Bhisma memutuskan untuk ikut atas nama adiknya. Para penguasa Kosala, Wangsa, Pundra, Kalingga, dan para pangeran lain juga mengikuti sayembara itu. Mereka mengenakan pakaian terbaik mereka. Putri-putri raja Kasi sangat terkenal kecantikan dan keanggunannya sehingga banyak yang ingin memenangkan sayembara itu.
Di kalangan ksatria, Bhisma terkenal sakti dan mahir menggunakan segala macam senjata. Semula orang-orang menyangka pahlawan yang sangat dihormati itu dating hanya untuk menyaksikan jalannya sayembara. Tetapi, ketika mengetahui bahwa Bhisma mengikuti sayembara, para pangeran muda itu kecut hatinya. Tidak ada yang tahu bahwa ia datang demi adiknya, Wicitrawirya.
Para pangeran berbisik-bisik, membicarakan Bhisma. Seorang berkata kepada yang lain: “keturunan keluarga Bharata terbaik dan bijaksana ini lupa diri. Ia sudah tua dan lupa pada janjinya untuk hidup sebagai brahmacarin yang seumur hidup tidak akan kawin. Untuk apa ia ikut sayembara ini? Dasar tidak tahu diri!”
Bhisma marah besar. Ia menantang semua putra mahkota untuk perang tanding dengannya. Mereka semua dikalahkan. Setelah itu, ia membawa ketiga putrid itu ke dalam kereta yang telah ia persiapkan untuk kembali ke Hastinapura. Belum jauh dari arena sayembara itu, mereka dihadang raja Salwa dari kerajaan Saubala. Raja Salwa menantang Bhisma untuk bertarung. Sebenarnya raja itu sudah menjalin kasih dengan Amba dan Amba pun secara pribadi telah memilih Salwa sebagai suami. Setelah pertarungan yang sengit, Salwa takluk. Kekalahan ini tidak mengejutkan karena Bhisma adalah pemanah yang sulit dicari tandingannya. Disebabkan permintaan para putrid, Bhisma urung membunuh Salwa.
berlanjut ke Amba dan Bisma (Bag. 2)
dari:C. Rajagopalachari, 2009, Mahabharata Sebuah Roman Epik Pencerah Jiwa Manusia, IRCisoD: Jogjakarta.
No comments:
Post a Comment