..:: klik untuk One 4 Share versi mobile ::.. ..:: Di sini, Rp 10.000,- bekerja untuk Anda ::..

Thursday, June 3, 2010

Sayap Malaikat

sayap malaikat

Aku benci diriku sendiri, karena aku dibilang abnormal. Orang lain, semua dapat bermain di atas balok titian dan menaiki sepeda, tetapi aku tidak. Aku telah didiagnosa menderita berbagai kerusakan urat syaraf tulang belakang. Aku tahu akan selalu lebih pendek dari yang lain.

Aku benci ke sekolah, dan aku benci teman-temanku sekelas. Aku benci orang yang melihat diriku, dan menanyaiku banyak pertanyaan. Aku benci jika melihat orang lain tersenyum lebar, dan memiliki badan yang tegap.

Dan yang paling aku benci dari semua ini adalah melihat ke cermin, tampak sosok ganjil yang jelek dan bongkok.

Teman-temanku mengatakan diriku dingin dan menyendiri, dan selalu menjaga jarak dengan orang lain. Aku pikir aku akan selamanya begini sepanjang sisa hidupku, hingga engkau muncul.





Sore itu, aku sedang duduk sendirian di sebuah sudut kampus, sebuah tempat yang aku anggap tidak akan diganggu oleh siapapun. Tiba-tiba, aku mendengar suara.

“Hai. Bolehkah aku duduk di sini?”

Kuangkat kepalaku dan melihatmu. Kamu pendek kekar dengan rambut ikal, dengan sebuah senyum yang menarik di wajahmu. “Apa yang kau lihat?"

Semut.”

“Lagi ngapain mereka?”

“Nggak tahu.”

“Aku bertaruh mereka pasti sedang bermain dan mulai membentuk kelompok teman. Apakah kau sependapat denganku?"

Begitulah kami mulai sebuah perbincangan. Kami terus berbicara apa saja di bawah cahaya matahari – semut, awan, tempat menyendiri yang kecil ini…, hingga waktu senja.

Tiba-tiba, pandangan matamu jatuh kepunggungku. Kau terus-menerus melihatnya.

“Oh tidak. Hal yang paling kukhawatirkan terjadi! Kamu telah menemukan kelainan pada diriku dan aku yakin engkau kini akan membenciku.”

Engkau berdiri, menunjuk punggungku dan berkata, ”Aku tahu mengapa punggungmu bungkuk.”

Kututup mataku seperti penjahat menunggu hukuman dijatuhkan. Dalam hatiku memohon padamu untuk tidak meneruskan perkataanmu. Tetapi dengan rasa puas engkau terus memandangi punggungku dan berkata, ”Aku tahu apa yang kau punya di punggungmu. Tahukah kau?”

“Tidak.” Aku menjawab dengan loyo.

Engkau berjongkok dan berbisik di telingaku.

“Punggungmu bungkuk karena engkau mendapatkan sepasang sayap dari malaikat.”

Aku bingung. Menatap matamu. Kelembutanmu menyentakkan sanubariku. Saat itu, seluruh baju besi dan sepatu lariku mencair dalam kehangatan hatimu.

Sejak saat itu, aku mulai belajar mencintai diriku sendiri, karena aku memiliki sepasang sayap malaikat, dan seorang sahabat yang demikian baik hati.


sumber:erabaru.net

No comments:

Post a Comment

..::klik untuk One 4 Share versi mobile ::.. _ __