..:: klik untuk One 4 Share versi mobile ::.. ..:: Di sini, Rp 10.000,- bekerja untuk Anda ::..

Monday, June 14, 2010

Si Kikir, Kuda Emas dan Baju Naga Api

si Kikir Kuda Emas Baju Naga Api

Dahulu kala hiduplah seorang yang sangat mencintai uang sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri. Dimata orang tersebut, uang logam terkecil pun sagat berarti sama besar seperti sebuah batu permata. Dia selalu mencari-cari cara baru menghasilkan uang dan sangat pelit kepada petani penggarapnya. Semua orang menjulukinya "si kikir."

Suatu tahun dalam jangka panjang daerah mengalami kekeringan parah, merusak seluruh tanaman. Para petani, yang menjadi sumber hidup dari tahun ke tahun, tidak pernah memiliki cadangan gandum dan kehabisan stok, hanya makan kulit dan akar untuk bertahan hidup, bahkan sekarang ini segalanya dikonsumsi. Kelaparan mengantar mereka untuk meminjam gandum kepada orang kikir yang memiliki lumbung persediaan besar dan kecil penuh sesak. Meskipun gandumnya berkecambah dan tepungnya dipenuhi belatung, ia tidak akan berpisah dengan segenggampun miliknya.





Mereka berunding bersama-sama dan menghasilkan rencana bagus. Mereka bersama-sama mengumpulkan beberapa lempeng perak kecil dan juga berhasil mendapatkan seekor kuda kecil kurus. Mereka menaruh uang perak di pantat kuda dan membungkusnya dengan segumpal kapas. Lalu seorang petani yang medapat julukan "Bigmouth" pergi ke rumah orang kikir dengan kuda tersebut. Melihat dia masuk, orang kikir menjadi marah. Kumisnya mengembang.

Dia memelototi Bigmouth, menunjukkan bahwa dia marah dan berteriak, "Kamu tolol. Kamu telah mengotori halaman saya! Enyahlah dari hadapan saya!" 

"Pelankan suaramu, Tuan," kata Bigmouth dengan terenyum. "Jika Anda menakut-nakuti kuda saya dan membuatnya kabur, Anda harus menjual semuanya untuk menghindarkan anda dari bencana." 

"Nah, Bigmouth, membual lagi!" kata orang kikir. "Apa yang berharga dari kuda kecil kurus?" 

Bigmouth menjawab, "Oh, tidak ada, kecuali ketika ia menggerakan pantatnya, isi perutnya, yang berupa perak dan emas keluar." 

Kemarahan orang kikir mereda dan ia cepat-cepat bertanya, "Dari mana kamu mendapatkan binatang ini?"


"Saya bermimpi beberapa malam lalu," mulai Bigmouth. "Saya bertemu dengan seorang pria tua berjanggut putih berkata kepada saya, 'Bigmouth, kuda jantan muda yang digunakan untuk membawa emas dan perak untuk Dewa kekayaan telah diturunkan dan dikirim ke Bumi. Pergi ke timur laut dan tangkaplah. Ketika ia bergerak isi perutnya keluar berupa perak dan emas. Jika kamu menangkapnya, akan menghasilkan banyak uang.. " Lalu orang tua itu mendorong dan saya terbangun. Saya tidak menganggapnya serius, berpikir bukan apa-apa hanya sebuah mimpi..Saya berbalik dan tertidur lagi. Namun, begitu saya memejamkan mata, pria tua muncul kembali dan mendesak saya untuk bergegas. Kuda akan jatuh ke tangan orang lain jika kamu menunda! " katanya, dan mendorong lagi membuat saya terbangun. Saya mengenakan pakaian dan berlari keluar.. Di timur laut saya melihat sebuah bola api. Ketika saya berlari, cukup yakin, ada kuda jantan muda, merumput dengan puas. Jadi saya membawanya pulang. Pada hari berikutnya, saya mendirikan sebuah altar pedupaan dan begitu saya menyalakan kemenyan, kuda itu mulai mengeluarkan perak dari pantatnya. " 


"Betulkah?" tanya orang kikir penuh semangat. 

Bigmouth menjawab, "Ada pepatah lama mengatakan," Membuktikan enaknya puding adalah dengan Memakannya. " Jika Anda tidak percaya padaku, izinkan saya untuk mendemonstrasikannya didepan Anda. " 







Dia meminta orang kikir untuk membuat perapian dan cahaya dupa. Sementara itu, ia sendiri meletakkan piring di belakang kuda. Dia diam-diam mengeluarkan segumpal kapas pengganjal, dan perak kecil berdentang jatuh ke piring. Melihat kuda itu benar-benar mengeluarkan perak dari perutnya, orang kikir makain pensaran dan terus bertanya, "Berapa dia menghasilkan sehari?"

"Tiga atau empat tail sehari bagi kami orang yang kurang beruntung," jawab Bigmouth. "Tapi orang tua itu dalam mimpi saya berkata bahwa jika ia bertemu orang yang benar-benar beruntung dia bisamenghasilkan tiga puluh atau empat puluh." 

Orang kikir berpikir, "Aku harus menjadi salah satu dari mereka. Seandainya aku mendapatkan kuda itu, ia harus menghasilkan sedikitnya dua puluh tail sehari. Artinya enam ratus tael sebulan dan tujuh ribu dua ratus tail setahun.." 


Semakin lama jumlahnya semakin banyak yang dihitungnya, ia semakin nafsu mendapatkan kuda itu. Dia memutuskan harus membeli kuda itu dan membicarakannya dengan Bigmouth. 

Pertama Bigmouth pura-pura tidak mau. Orang kikir mencoba lagi dan lagi untuk membujuk dan berjanji akan membayar dengan harga yang ia inginkan. Pada akhirnya Bigmouth mendesah dan berkata, "Oh baiklah, keberuntungan saya jelas lebih buruk dari Anda.. Saya akan menjualnya. Tapi saya tidak ingin perak atau emas, saya hanya meminta tiga puluh gantang gandum."

Orang kikir menganggap sebagai harga yang sangat murah dan langsung setuju. Mereka membuat pertukaran saat itu juga. 

Bigmouth bergegas kembali dengan gandum dan dibagikan di antara sesama petani. Mereka semua sangat senang memilikinya. Orang kikir, atas bagiannya merasa bahagia memiliki kuda itu, dan tidak bisa berhenti tertawa sendiri. Dia takut kehilangan kuda dan berusaha mengikatnya di tempat yang luas, namun tidak satupun tampaknya cukup aman. Akhirnya, ia mengikatnya di kamarnya. Dia meletakkan karpet merah di lantai dan mendirikan sebuah pedupaan. Seluruh keluarga besarnya menyaksikan kuda dan menunggu dengan penuh semangat, berharap dia sebentar lagi mulai menghasilkan perak dan emas.

Mereka menunggu sampai tengah malam. Tiba-tiba kuda itu membuka kaki belakangnya. Orang kikir merasa bahwa dia akan "menghasilkan." Dia cepat-cepat membawa baki berpernis dan memegangnya tepat di bawah belakang kuda. Dia menunggu lama, tapi tidak ada yang terjadi. Orang kikir sangat khawatir sekarang ia mengangkat ekor kuda, membungkuk dan mengintip ke atas untuk mengawasi perkembangan lebih lanjut. Tiba-tiba bunyi "Crot!," dan sebelum orang kikir menyadari, kuda itu menyemprotkan ke seluruh wajahnya " Emas cair" melumuri ke bagian belakang kepala dan leher, menutupi seluruh tubuhnya. Baunya begitu busuk sampai orang kikir melompat dan berteriak-teriak kemudian merasa mual dan muntah . Selanjutnya kuda kencing sangat banyak, merusak karpet merah yang indah. Seluruh ruangan baunya sampai ke langit. Orang kikir menyadari bahwa ia telah ditipu dan sangat marah.

Keesokan paginya, hal pertama yang ia alkukan adalah mengirim sebagian dari premannya untuk melacak Bigmouth. Tetapi dia sudah bersembunyi. Orang kikir mencari dia kesana-kemari tapi tidak berhasil, sangat marah dan kesal. Tidak ada yang bisa ia lakukan kecuali mengirim mata-mata dan menunggu.

Dalam sekejap mata, ketika tiba musim dingin. Suatu hari Bigmouth gagal untuk bersembunyi dan ditangkap oleh salah satu kaki tangan orang kikir itu. Ketika dia berhadapan dengan musuhnya, orang kikir mengertakkan giginya dengan marah dan tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Bigmouth dikunci di sebuah pabrik penggilingan. Semua pakaian hangatnya dilucuti dan meninggalkan dia tanpa apa-apa kecuali hanya mengenakan baju tipis, berharap dia membeku sampai mati. Tahun Ini adalah musim yang sangat dingin. Di luar, salju turun dan angin bertiup kencang. Bigmouth duduk meringkuk di sudut, gemetar kedinginan. Karena dingin tak tertahankan, tiba-tiba ide terlintas dalam benaknya. Dia berdiri mengangkat batu penggilingan yang berat itu dan mulai berjalan bolak-balik dengan batu dalam pelukannya. Badannya segera menghangat dan mulai berkeringat. Dia melewati sepanjang malam dengan cara ini, berjalan-jalan dengan batu penggilingan dan sesekali berhenti untuk istirahat. 


Pagi berikutnya orang kikir pikir Bigmouth pasti sudah mati. Tapi ketika ia membuka pintu pabrik, dia terheran-heran, ia menemukan Bigmouth jongkok dengan hangat seluruh tubuhnya basah dengan keringat. Bigmouth berdiri sekaligus dan memohon, "Tuan, kasihanilah saya. Cepat,! Pinjamkan kipas angin! Atau saya akan mati kepanasan!" 

"Kenapa kau begitu panas?" tanya orang kikir tercengang. 

"Baju saya Ini adalah warisan tak ternilai harganya," jelas Bigmouth. "Ini yang disebut Baju Naga Api. Semakin dingin cuaca, semakin besar panas yang dikeluarkan." 


"Kapan kau mendapatkan itu?" tanyanya pada Bigmouth. Bigmouth menjawab: 

"Awalnya itu adalah kulit berbulu Raja Naga Api. Kemudian Ratu Surga Barat menenun menjadikan baju. Selanjutnya entah bagaimana jatuh menjadi milik nenek moyang saya dan menjadi pusaka keluarga. Telah diturunkan dari generasi ke generasi sampai akhirnya jatuh ke tangan saya. "

Melihat bagaimana ia sangat berkeringat di cuaca sedingin itu, orang kikir menelan seluruh cerita. Dia sekarang terus ingin mendapatkan baju naga api dan telah sepenuhnya melupakan episode kuda emas. Dia bersikeras ingin menukar jubah bulunya dengan baju itu. Bigmouth benar-benar menolak pada awalnya, tapi ketika orang kikir menambahkan lima puluh tail perak untuk harganya dengan menghela napas berkata, "Aduh, sungguh saya tidak berbakti, telah kehilangan pusaka berharga keluarga saya!" 



Setelah berkata demikian, dia menanggalkan bajunya dan mengenakan jaket bulu rubah-orang kikir itu. Lalu ia mengantongi lima puluh tail perak dan melangkah pergi. 

Orang kikir riang gembira. Beberapa hari kemudian ulang tahun ayah mertuanya datang. Dalam rangka untuk memamerkan kekayaan baru, ia pergi ke ulang tahunnya untuk menyampaikan salam tidak mengenakan apa-apa selain baju naga api. Di tengah perjalanan, angin kencang menerjang dan salju mulai turun. Orang kikir merasa dingin tak tertahankan. Tempat itu jauh dari desa atau penginapan, dan tidak ada tempat berlindung dari apapun dapat ditemukan. Dia menoleh dan melihat sebuah pohon di pinggir jalan, setengahnya telah terbakar. Pohon itu berlubang di tengah dan ruang yang cukup lebar bagi seseorang untuk berdiri. Orang kikir bergegas masuk dan bersembunyi di dalam. Tak lama kemudian seluruh tubuhnya menjadi kaku karena kedinginan, dan segera dia meninggal.

Beberapa hari kemudian keluarga itu menemukan tubuhnya. Mereka tahu bahwa ia telah ditipu lagi oleh Bigmouth, dan mengutus orang untuk menangkapnya. 

"Baju berharga saya membakar setiap kali kontak dengan kayu pohon, rumput atau kayu," jelas Bigmouth. "Tuan terbakar sampai mati dengan cara ini. Saya tidak bersalah. Saya tidak pernah menyuruhnya untuk bersembunyi di dalam pohon.. Jika Anda perhatikan, Anda akan melihat bahwa separuh dari pohon telah terbakar." 

Ketika keluarganya memeriksa pohon dan melihat bahwa semuanya itu memang seperti yang telah dijelaskan Bigmouth, mereka tidak punya pilihan selain untuk membebaskannya.

sumber:erabaru.net

No comments:

Post a Comment

..::klik untuk One 4 Share versi mobile ::.. _ __